Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Pasar Tradisional

Gambar
     Pasar Tradisional Bagiku belanja di pasar tradisional lebih menarik dibanding belanja di pasar modern. Selain bisa merasakan sengatan matahari pagi, aku juga merasakan semangat  yang mulai menggeliat dalam perputaran sendi ekonomi di tingkat bawah ini. Sapaan beberapa penjual langgananku adalah melodi indah tersendiri.  “Monggo cantik, telurnya hari ini turun harga.” “Buat ibu mah, pisang kepok sepuluh ribu saja.’ You see.. Pisang kepok sejumbo ini ceban coii.. Jadi aku tidak perlu repot-repot menawar. Hehehe  “Mamah ini mesti.” “Mesti apa to ?” “Mesti gak jelas blas.” Aku melirik aneh pada anak pertamaku yang sambil minum matanya melihatku mengeluarkan isi belanjaan di lantai. “Gak jelas apanya ? Sudah makan sarapanmu dulu. Tuh tadi pagi mama sudah bikin tahu telor.” Bukannya mengambil piring, anakku malah menunjuk-nunjuk belanjaanku. “Siapa yang akan makan pisang  sebanyak itu, mah..” “Dan itu apa mah, mangga kok baunya aneh. Terus itu apa, buah kecil-kecil dibeli.. “ Akupun ter

HARGA SEBUAH BUKU

Gambar
        “Berapa harga sebuah buku ? “Ya tergantung siapa penulisnya.” “Kalau harga sebuah kanvas ?” “Itu sih tergantung siapa pelukisnya.” “Kalau harga selembar kertas berapa ?” “Tergantung. Isi kertasnya apa dulu. Kalau kertas itu adalah selembar cek dengan nominal yang tinggi, kertas itu akan sangat berharga sekali.” Sewot pertanyaannya bisa dijawab terus, untuk pertanyaan ke empat harus lebih sulit. “Naaah, kalau begitu berapa harga sebuah kehidupan ?” “Itu tergantung juga..” “Tergantung apa lagi nih?” “Tergantung pada masing-masing manusia yang memiliki kehidupan itu sendiri. Bagaimana manusia itu mengisinya dan menjalaninya setiap hari. Terkadang orang lain menghargai/ menilai kita begitu rendah. Apakah ini masalah ? Jawabnya.. tidak. Tuhanlah yang menilai hati dan perbuatan kita. Bukan manusia yaa..” “Baiklah, baiklah.. kau benar. Kau menang lagi.” Lidwina_Ro , 28 Oktober 2021

Hidup Tidak Selalu Perlu Sebuah Rencana

Gambar
 Hidup Tidak Selalu Perlu Sebuah Rencana “Apa maksudmu ini ?” “Seringkali aku menyusun rencana. Semakin kelihatan sempurna semakin banyak yang mbleset.” “Kok bisa mbleset?” “Bisa sajalah.. Karena biasanya susunan rencananya kan versiku sendiri.” “Lhah terus... harusnya versinya siapa ?” “Versinya Tuhan.” ....... “Ka..kalau sudah mbleset, terus harus bagaimana dong ?” “Bernafas dulu.. Jangan mewek kayak aku dulu. (..aku dulu koplak, tahu! ) Banyak merenung, cari tahu kehendak Tuhan itu apa. Terus percaya, meskipun tidak masuk akal juga.. terus dan terus percaya. Memang tidak mudah bagian yang ini... Tapi bertahanlah untuk tetap percaya bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik dan lebih sempurna daripada rencana kita.” “Terus ?” “Biasanya Tuhan akan mengirim bantuan yang tidak pernah kamu duga untuk meringankan kecewa dan penderitaanmu” “Memangnya kamu pernah mengalami ?” “Pernah. Sering malah.” “Bantuan apa yang Tuhan kirimkan padamu coba.. ? Malaikat ?” “Mau tahu lanjutannya ?” “Ya mau

Yang Terdalam (3)

Gambar
 Yang terdalam (3) Baca selengkapnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/yang-terdalam-2.html          Dua pria mencarinya? Pipit dan Ratna saling menatap penuh tanda tanya. Mereka berdua baru saja rebahan sambil bertukar cerita setelah makan malam, ketika ibu pemilik kost naik ke atas, mengetuk pintu kamar. Ibu kost memberitahu kalau ada dua tamu lelaki mencari Pipit.  “Mencari saya, bu?” alis Pipit bertaut, tidak percaya. Bahkan dia tak punya bayangan sama sekali yang mampir ke otaknya. Setanpun tidak. “Memangnya siapa Pit ?” tanya Ratna teman satu kasurnya menyelidik. Ratna berusia 3 tahun diatas Pipit. Selama ini Ratna lah yang lebih banyak menjaga dan melindungi Pipit. Tak heran dia sangat protektif terhadap Pipit.  “Entahlah, Rat. Ayo ikut ke bawah saja, temani aku,” ajak Pipit. Sungguh dia tak dapat menebak, karena dia tidak punya teman pria selama bekerja di Surabaya selain teman ditempat dia bekerja. Lalu mereka berdua turun kebawah.  “Kamu...” mendadak Pipit kehil

Yang Terdalam (2)

Gambar
Yang Terdalam (2)  Baca sebelumnya di: https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/yang-terdalam-1.html          Sambil mengambil posisi duduk yang nyaman, Pipit memberanikan diri melirik wajah pria asing itu. Tubuhnya termasuk tinggi juga, terbalut jaket biru.  Ketika mata mereka bertemu, pria itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain.          Hei !? Apa dia type pemalu, batin Pipit menerka. Dengan rahang kokoh dan hidung yang tinggi, pria itu terlihat macho. Pasti banyak gadis yang menyukai penampilannya. Pipit menggelengkan kepala, apa dia sudah tidak punya kerjaan sehingga menilai orang asing ? Kenalpun tidak!          Pipit yang biasanya alergi ditanyai orang asing, kini tergelitik oleh rasa penasaran. Apakah pria itu menyuruhnya duduk hanya karena rasa kasihan semata? Dan, mengapa pria itu tadi membuang wajahnya ? Pipit menunduk, meneliti tubuhnya sendiri, jangan-jangan penampilannya ada yang salah. Atau bedaknya berantakan karena tadi sempat terdorong dan terdesak

Yang Terdalam (1)

Gambar
           Pipit terhuyung keras ke depan ketika bis tiba-tiba mengerem mendadak. Sial ! Seseorang sigap  menangkap lengan Pipit, mencoba menahan agar Pipit tidak terjatuh. Gadis itu setengah kaget mengucap terima kasih sambil menegakkan tubuh kembali. Kakinya sedikit ngilu terinjak penumpang.          Salahnya sendiri dia bangun kesiangan. Sehingga harus ketinggalan bus pertama. Ya begini ini akibat ngegas membaca novel sampai pagi. Akhirnya alarm berteriak pun dia tak mendengar.          “Tidak apa-apa mbak ?” sapa suara berat, dekat telinga Pipit. “Oh, tidak.. tidak apa-apa,” Pipit terkejut. Mencoba mencari wajah si penyapa. Pipit baru menyadari keberadaan seseorang di dekatnya, setelah beberapa menit berdiri di bis menuju arah Surabaya, di pagi buta. “Mau kemana mbak?” pria itu bertanya lagi.  Pipit sebenarnya segan menjawab pertanyaan basi itu. Puluhan pertanyaan sama yang sering didengarnya saat dia naik bis biasanya disikapi dengan aksi pura-pura tidak mendengar. Eh, tapi tunggu

Hanya Dalam Ingatanku

Gambar
            Satu senyuman ibu selalu bisa membuatku tenang. Setidaknya meredakan  kejengkelan yang sudah lama mengendap dalam hatiku. Aku memang tidak banyak bicara.  Cukup semua kejadian  kuanalisa sendiri selebihnya mengendap dalam otakku saja. Tapi ibu seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan. “Mau kan mengantar ibu?” sekali lagi ibu bertanya sambil menyalin resep kue dari tabloid ke buku tulis masakannya. “Malas aku bu, kerumahnya,” aku tetap bersikukuh. Enggan mengantar ibu kerumah adiknya. Lagipula, mengapa juga ibu harus mengalah ? Bukankah ibu tidak bersalah dalam perkara ini ? Anehnya lagi, ibu terlihat biasa saja ketika menghadapi  pertengkaran waktu dulu itu. Aku saja sangat terpukul melihat kejadian yang ada didepan mata itu. Tidak mampu melerai, hanya terpaku diam dalam kekagetan yang luar biasa. “Sudah terlalu lama ibu tidak ngobrol dengannya.” Ngobrol ?!! Aku mendengus lirih, tidak ingin ibu tahu betapa aku masih jengkel tingkat dewa pada tante. Masih segar dalam ingatanku

Belajar Menjadi Bijak

Gambar
Belajar Menjadi Bijak          Cling ! Aku tersenyum senang. Ada pesan masuk lagi. Salah satu mengapa aku betah berbalas pesan dengannya hanya satu. Karena aku tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapat balasan pesan. Padahal malam ini dia juga tidak sedang menganggur. Tapi sedang bekerja di kantor sebuah perusahaan salah satu media cetak yang cukup terkenal di Jakarta. Dan sedang mengawasi anak buahnya bekerja.          Tidak seperti kebanyakan orang lain, yang kadang membuatku jengkel. Tiba-tiba memutus percakapan ditengah topik, tanpa pamit lalu lenyap begitu saja, tanpa diantar.. seperti jailangkung. Huh !          “Ngomong sama kamu kadang membuatku sebel,” katanya suatu hari. “Lho, memang kenapa mas?” aku tersenyum diam-diam. “Aku harus mikir dulu sebelum menjawab, tahu!” Aku tak tahan lagi. Tawaku langsung pecah mendengar jawabannya. Oh, separah itukah aku?  “Liburan besok janji ya mas, traktir aku ayam bakar kampung Bu Setu, Gandu. Awas kalau nggak!” “Beres, kita janjian

Belajar Menjadi Bijak

Gambar
 Belajar Menjadi Bijak        Sumpek dengan aura kesedihan di dalam rumah, akhirnya aku keluar malam-malam. Menghirup sejenak udara malam di kota Madiun. Angin malam segera menerpa wajah. Agak dingin. Tapi biarlah. Sekali-kali kubiarkan menggigil tak mengapa.          Tidak ada niat mampir ke warung nasi pecel pinggir jalan langgananku. Setelah kepergian bapak, selera nafsu seolah-olah menghilang. Untung masih ada asisten rumah tangga yang setia. Makanan apapun yang disajikan oleh asisten rumah tangga, kami telan tanpa komentar. Sekedar pengganjal perut agar tidak sakit itu sudah cukup.          Sudah pukul sembilan malam. Tak sengaja sudut mataku menangkap kerlip lampu temaram di sudut jalan Wuni. “Mau mampir kesitu nggak ?” ajak suami. Aku menajamkan mata, mencoba mencari sosok lelaki yang sudah kukenal lama, pemilik cafe itu.  Tanpa menunggu jawabanku,  suami langsung segera menepikan sepeda motor, dan parkir.           Oh, itu dia ! Temanku ternyata ada. Dia segera meninggalkan tam

Belajar Menjadi Bijak

Gambar
          Belajar Menjadi Bijak           Setiap sarapan soto daging langganan di pasar Kawak, aku selalu tidak pernah absen beli jajanan pasar tradisional. Lopis, petulo, bikang, pastel telur, kue ku, semar mendem. Harga jajanan pasar tersebut  termasuk murah. Bahkan nasi jagung lengkap dengan bothok dan gereh pun ada ! Hm, bisa khilaf rasanya kalau berlama-lama di pasar Kawak.          Tetapi diam-diam aku juga suka memperhatikan seorang embah (nenek) yang juga berjualan, di sebelah penjual jajan pasar tersebut. Entah mengapa aku suka saja melihat embah kurus itu. Bertahun-tahun lamanya aku sudah memperhatikan gerak gerik dan dagangannya.          Hal pertama yang menyangkut di pikiranku adalah, kemana saja semua anak-anak embah itu. Mengapa mereka anak-anaknya mengijinkan embah tersebut berjualan ? Apakah tidak seharusnya embah tersebut menikmati masa tua nya di rumah saja ? Apakah belum cukup baginya untuk terus bekerja agar tetap bertahan hidup ? Hatiku selalu berontak tidak terim

Belajar Menjadi Bijak

Gambar
Belajar Menjadi Bijak Belajar bukan berarti hanya membaca buku. Belajar bukan berarti hanya sekolah. Tetapi juga belajar dari setiap kejadian. Belajar dari setiap apa yang bisa dilakukan. Hidup sejatinya adalah pembelajaran. Belajar bersyukur walau tak cukup. Belajar sabar walau terbebani. Belajar setia walau tergoda. Belajar mengalah dalam suatu keegoisan. Belajar tenang walau gelisah. Belajar percaya walau susah. Belajar tegar walau kehilangan.  Belajar diam dari banyaknya bicara. Belajar dan teruuus belajar.. Tanpa ada masalah yang datang menerpa, kita TIDAK AKAN bisa belajar mengatasi masalah. *DIA memberi kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.     https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-8-tamat.html    Lidwina Cikarang, 17 Okt 2021  

Belajar Menjadi Bijak

Belajar bukan berarti hanya membaca buku. Belajar bukan berarti hanya sekolah. Tetapi juga belajar dari setiap kejadian. Belajar dari setiap apa yang bisa dilakukan. Hidup sejatinya adalah pembelajaran. Belajar bersyukur walau tak cukup. Belajar sabar walau terbebani. Belajar setia walau tergoda. Belajar mengalah dalam suatu keegoisan. Belajar tenang walau gelisah. Belajar tegar walau kehilangan.  Belajar diam dari banyaknya bicara. Belajar dan teruuus belajar.. Tanpa ada masalah yang datang menerpa, kita TIDAK AKAN bisa belajar mengatasi masalah. *DIA memberi kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.   https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-8-tamat.html      Lidwina Cikarang, 17 Okt 2021

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji 8 (tamat)

Gambar
 CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (8) tamat Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-7.html          Sudah lama Dave mencari keberadaan Danik. Gadis itu lenyap begitu saja tanpa jejak, setelah komunikasi terakhir mereka yang belum tuntas di Bali. Tanpa kata perpisahan. Menghilang seperti embun di siang hari.          Takdir seringkali  mempermainkan hidup manusia. Tapi bukankah selama belum menyerah, jalan akan selalu terbuka ? Hanya karena kekerasan hatinya untuk menemukan Danik, ternyata kali ini takdir mau tidak mau harus menyerah  kepadanya. Dave menghela nafas. Entah hal apa lagi yang harus dilalui besok, dia tidak tahu. Yang dia tahu, Dave hanya perlu bersabar sedikit lagi dan tak akan menyerah. Apalagi  membiarkan malaikat kecilnya lepas dari genggamannya. Jangan harap !          Seperti disiram air dari surga, ketika Dave bertemu pertama kali dengan anak itu. Lututnya ngilu, hampir tak bisa menopang tubuh. Tangannya

KEHILANGAN

Gambar
 KEHILANGAN       Kita pasti pernah mengalaminya kehilangan bukan ? Misalnya  kehilangan buku, kehilangan dompet, kehilangan pacar dan sebagainya. Intinya, kehilangan adalah suatu keadaan dimana kita berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, menjadi tidak ada.           Reaksi terhadap pengalaman kehilangan bisa disebut berduka. Yang mempengaruhi proses berduka diantaranya : perjalanan hidup dan pengalaman masa lalu kehilangan.            Beberapa reaksi yang terjadi, ketika kita mendengar/ melalui tahapan berduka , yaitu : • Denial (penyangkalan) • Anger (marah) • Bergaining (menawar) • Depression (depresi) • Acceptance (penerimaan) Masih teringat ketika tahun 2005 aku  kehilangan seorang ibu. Kehilangan yang mendadak, karena semalam ibuku sudah bersiap-siap mengepak koper, berencana  mengunjungiku di Bekasi. Ibuku ingin ikut menyaksikan suatu acara di sekolah, dimana saat itu anakku terpilih dari sekian banyak murid TK Berdikari untuk menyematkan kalungan bunga selamat d

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (7)

Gambar
 CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (7) Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-6.html          Sekelebat bayang anak kecil bermata hijau muda itu seakan muncul lagi di depan mata Menik. Dengan wajah mungil cantik, menari-nari di pelupuk mata. Tersenyum samar sambil memilin ujung rok. Ketika mata Menik mengerjab, bayang itu seketika juga menguap, tak berjejak. Menik langsung berdiri, tak sadar ingin menghampiri. Tapi mau menghampiri kemana, dia tersentak sendiri, tertegun. Dingin semilir angin segera menenggelamkan ilusinya. Menik tersadar, terduduk lunglai. Kembali menatap kosong jauh kedepan.           Ah, tidak..tidak.. Cepat-cepat Menik bangkit berdiri lagi. Tidak mungkin Sekar menghilang begitu saja. Masih ada waktu. Dia harus menemukan Sekar sebelum malam tiba. Dia akan mencari sekali lagi. Ya, sekali lagi dan sekali lagi. Dia pasti akan menemukan Sekar, seperti hari-hari kemarin. Menik berjanji dalam hati, dia pasti a

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (6)

Gambar
 CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (6) Baca cerita sebelumnya di      https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-5_9.html           Hari ini pengunjung Sarangan membludak. Antusias pengunjung amat tinggi. Baik wisatawan lokal ataupun  panca negara. Acara ini biasa digelar pada bulan Ruwah, Jumat Pon menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Mereka tak ragu mendatangi telaga Sarangan, demi melihat salah satu tradisi dan ritual di Indonesia yang penuh dengan nilai kearifan lokal. Kelihatan rombongan Larung Sesaji sudah bersiap-siap. Mereka berbaris rapi. Rombongan itu terdiri dari Pasukan Berkuda, Cucuk Lampah, bapak dan ibu lurah, pembawa tumpeng, Bonang Renteng, tumpeng warga Sarangan dan rombongan reog.        Ketika arak-arakan Larung Sesaji akan dimulai, tidak sengaja  sudut mata Bu Sum menangkap sosok mbak Danik di seberang kiosnya. Sepertinya mbak Danik sedang menangis. Alis Bu Sum berkerut, heran. Dia mencoba mengingat-ingat lagi, mungkinkah dia mel

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji 5

Gambar
CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (5) Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-4.html          “Ceritakan lagi kisah naga yang kemarin, mbak Menik,” pinta Sekar sambil menarik-narik ujung daster Menik. Menik tertawa kecil. Sekar memang suka sekali mendengar dongeng. Segala macam dongeng hampir semua sudah pernah dia ceritakan pada adiknya. Menik sampai kadang-kadang harus mengulang lagi dongeng yang sudah pernah diceritakan, karena dia sudah kehabisan bahan cerita.          “Naga didalam telaga Sarangan itu? Bukankah baru kemarin mbak cerita?” telunjuk Menik menjulur ke arah telaga Sarangan. Meskipun rumah Menik berada di belakang rumah tetangga dan agak jauh dari pusat aktifitas  keramaian telaga Sarangan, tapi  dari teras rumahnya, telaga Sarangan masih sedikit terlihat jelas. “Tapi Tari kan belum tahu..,” Sekar menggoyang-goyangkan tangan Tari, seolah minta dukungan suara.           Tari anak  perempuan yang sebaya dengan

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (4)

Gambar
 Cerbung : Sekar dan Larung Sesaji 4 Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-3.html          Menik buru-buru meraih tubuh kecil Sekar, lalu memeluknya sangat erat. Hatinya lega sekali bercampur haru ketika akhirnya bisa  menemukan adiknya. Kali ini dia dan mbak Danik menemukan Sekar diantara semak belukar tak jauh dari belakang pasar. Entah mengapa perasaannya terus menerus gelisah  belakangan ini. Dia tak dapat menerka sama sekali penyebab kegelisahan itu. Yang dia tahu, dia hanya ingin berada disisi adiknya Sekar. Hanya itu. Pelukan Menik semakin erat ketika mendengar isakan tangis Sekar. “Pulang mbak... pulang...”           Menik mengusap wajah anak itu, lalu menahan dagu Sekar dan menatap dalam. Mencoba memastikan sesuatu yang Menik sendiri juga tidak tahu dia mencari dan memastikan apa. Tapi demi melihat bola mata hijau muda yang basah dipenuhi air mata itu, hati Menik akhirnya luruh, dan menahan semua pertanyaannya. D

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji 3

Gambar
Cerbung : Sekar dan Larung Sesaji (3) Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji_6.html          Sekar menguap. Beberapa kali matanya menatap ke arah atas pohon mangga. Dia sedikit lelah, tapi dia tetap bertahan duduk sambil mengayun ayunannya dengan pelan-pelan. Anak perempuan kecil  yang cantik itu mempunyai sepasang mata berwarna hijau muda yang dapat membuat orang berdecak kagum hanya dengan melihatnya sekali pandang. Sekar sendiri tidak mengerti mengapa warna kulit dan matanya berbeda dengan milik ibu dan mbak Menik. Dan mengapa juga banyak anak-anak sebaya yang tidak mau bermain dengannya. Tetapi Sekar tahu, itu karena dia dan mereka berbeda. Mereka selalu memandang aneh warna kulit Sekar, atau warna mata Sekar. Bahkan sering usil, dan memanggilnya “ hei, cah londo kesasar ..” Mengingat semua itu membuat mata Sekar meredup layu..           Biasanya kalau dirumah, ibu membela dengan mengacungkan sapu pada anak-anak tetang

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji

Gambar
Sekar dan Larung Sesaji (2) Baca cerita sebelumnya di : https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji.html          Nah kan ! Menik langsung menghela nafas lega begitu sudut matanya menyapu sosok kecil kurus di teras rumah. Ternyata Sekar sudah pulang duluan. Entah kenapa beberapa hari ini ada yang berubah pada diri anak kecil itu. Sekarang, Sekar seolah-olah menjauh. Perilakunya bukan seperti yang dulu lagi.  Tapi nantilah, pelan-pelan dia nanti akan menanyai Sekar. Bergegas Menik  mencuci kaki dan tangannya di kran samping rumah. Setelah  Menik meletakkan bakul di lantai teras, dia menghampiri Sekar, dan meraih tangan kecil itu.          “Sudah makan belum ?” Menik menarik tubuh Sekar lebih dekat. Menatap langsung kedalam bola mata bocah perempuan itu.  Mencoba mencari secercah warna pelangi di sepasang mata berwarna hijau muda itu. Senyum Sekar mengembang, mata hijau nya bersinar terang ketika melihat Menik tidak marah. Tangan kecilnya merangkul Menik de

CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji

Gambar
          Kemana Sekar menghilang ? Dimana sebenarnya anak itu ? Menik menghela nafas. Tampak kedua bola matanya berkeliling dengan resah, mencoba mencari sosok anak berumur lima tahunan di antara lalu lalang pengunjung yang memenuhi jalan. Andai saja, dia bisa meninggalkan sejenak bakul nasinya dan mencari Sekar di tempat biasa dia bermain.. Biasanya anak itu suka bermain ayunan di belakang pasar. Atau terkadang main jungkat jungkit juga bersama Tari, teman sebayanya.  Tapi mana mungkin Menik meninggalkan bakulnya begitu saja selagi ada orang yang masih menikmati nasi pecel dagangannya ? Menik menghela nafas lagi. Memperbaiki duduknya sambil meremas serbet kotak-kotak biru dipangkuan. Matanya masih sibuk mencari bayangan sosok kecil kurus berambut sebahu di antara pejalan kaki. Tapi sepertinya usahanya sia-sia. Anak kecil itu tidak juga terlihat.          Sudah pukul tiga sore lewat. Menik melirik sekilas jam dinding yang tergantung di kios mbak Danik, penjual daster dan kaos disebela

TRAVELLING : Pesona Sorga Selecta

Gambar
          Surga yang tersembunyi. Begitulah kira-kira Selecta disebut-sebut banyak orang. Pasti tidak asing lagi  mendengar Selecta kan ? Sudah lama Selecta menjadi tujuan favorit untuk tujuan berlibur, atau sekedar refreshing dan hiburan dari berbagai macam lapisan masyarakat, baik dalam kota ataupun luar kota.  Dengan udaranya yang sejuk dan tempat yang  teduh serta nyaman, cocok untuk bermain bagi anak-anak, untuk bersantai bersama keluarga, kerabat, teman bahkan pacar.           Mau tahu dimana lokasi taman bunga dan hiburan Selecta ? Nah, lokasi Selecta berada di jalan Selecta, No. 1 desa Tulungrejo, kecamatan Bumiaji, kota Batu di Jawa Timur. Harga karcis masuk dibandrol Rp. 40.000,-  Dewasa dan anak-anak diatas dua tahun dibandrol dengan harga yang sama. Harga tersebut juga berlaku untuk weekday ataupun weekend. Dengan harga tersebut, anda sudah bisa menikmati liburan yang mengasyikkan dan  penuh petualangan di surga tersembunyi. Wah.          Apakah anda tahu, ternyata nama Sel