Yang Terdalam (1)


           Pipit terhuyung keras ke depan ketika bis tiba-tiba mengerem mendadak. Sial ! Seseorang sigap  menangkap lengan Pipit, mencoba menahan agar Pipit tidak terjatuh. Gadis itu setengah kaget mengucap terima kasih sambil menegakkan tubuh kembali. Kakinya sedikit ngilu terinjak penumpang.

         Salahnya sendiri dia bangun kesiangan. Sehingga harus ketinggalan bus pertama. Ya begini ini akibat ngegas membaca novel sampai pagi. Akhirnya alarm berteriak pun dia tak mendengar.

         “Tidak apa-apa mbak ?” sapa suara berat, dekat telinga Pipit.

“Oh, tidak.. tidak apa-apa,” Pipit terkejut. Mencoba mencari wajah si penyapa. Pipit baru menyadari keberadaan seseorang di dekatnya, setelah beberapa menit berdiri di bis menuju arah Surabaya, di pagi buta.

“Mau kemana mbak?” pria itu bertanya lagi. 

Pipit sebenarnya segan menjawab pertanyaan basi itu. Puluhan pertanyaan sama yang sering didengarnya saat dia naik bis biasanya disikapi dengan aksi pura-pura tidak mendengar. Eh, tapi tunggu.. Mengapa Pipit merasa suka dengan nada bicaranya yang sopan itu ?

“Surabaya.” Jawabnya singkat.

Orang asing itu mengangguk. Tidak meneruskan pembicaraan lagi. Bahkan kepalanya menghadap ke depan. Serius menatap jalan. Pipit tersenyum (dalam hati) Dia merasa tenang, karena tidak akan  terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan susulan bodoh lainnya. 

        Semoga nanti dia bisa mengejar angkot, sehingga tidak terlambat kerja. Pipit menghela nafas. Kakinya mulai pegal. Dan penumpang semakin bertambah banyak, membuat dirinya semakin terhimpit. 

         Tiba-tiba seseorang menariknya ke depan. Pipit terkejut, mempererat pegangan tali tasnya. Takut kalau ada orang jahat mengambilnya.  Bisa tidak makan sebulan di kost dia nanti !

“Duduk sini mbak..”

Lagi-lagi suara berat dan sopan itu ! Oh, ternyata dia mengawasi penumpang yang turun, lalu memberikan satu tempat duduk buat Pipit. Lumayan, duduk dekat sopir di kap mesin bis. Meskipun agak panas di pantat, yang penting dapat duduk ! Wah, baik juga pria ini. Pipit mencoba melirik paras wajah pria yang berdiri tepat didepannya memasang badan.. (eng.ing.eng...)


Lidwina, 22 Okt 2021



          


        



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik