Pasar Tradisional


     Pasar Tradisional


Bagiku belanja di pasar tradisional lebih menarik dibanding belanja di pasar modern. Selain bisa merasakan sengatan matahari pagi, aku juga merasakan semangat  yang mulai menggeliat dalam perputaran sendi ekonomi di tingkat bawah ini. Sapaan beberapa penjual langgananku adalah melodi indah tersendiri. 

“Monggo cantik, telurnya hari ini turun harga.”

“Buat ibu mah, pisang kepok sepuluh ribu saja.’

You see.. Pisang kepok sejumbo ini ceban coii.. Jadi aku tidak perlu repot-repot menawar. Hehehe

 “Mamah ini mesti.”

“Mesti apa to ?”

“Mesti gak jelas blas.”

Aku melirik aneh pada anak pertamaku yang sambil minum matanya melihatku mengeluarkan isi belanjaan di lantai.

“Gak jelas apanya ? Sudah makan sarapanmu dulu. Tuh tadi pagi mama sudah bikin tahu telor.”

Bukannya mengambil piring, anakku malah menunjuk-nunjuk belanjaanku.

“Siapa yang akan makan pisang  sebanyak itu, mah..”

“Dan itu apa mah, mangga kok baunya aneh. Terus itu apa, buah kecil-kecil dibeli.. “

Akupun tersenyum simpul. Anak jaman now..

“Ya masak mama beli pisang separo ? Pisang sehat kalau direbus.. kalau nggak habis kan bisa dikolak to..”

“Dan ini mangga kuweni.. Harum begini lho. Papamu suka kalau di jus, jarang ada  ini, kecuali yang jual orang asli kampung sini. Mungkin dia punya pohon dikebunnya. Sekilo cuma empat ribu.”

“Dan ini namanya belimbing wuluh. Katanya request garang asem. Ini salah satu bumbunya.”

Anakku diam tak menyahut. Hanya memegang belimbing wuluh yang mungkin tampak aneh baginya. Ketan bubuk, tape goreng, pastel ayam, jajan pasar yang tadi kubeli, aku sodorkan. Dia mencomot satu pastel ayam, lalu menunjuk sayur kesukaanku.

“Itu kangkungnya buat apa mah ?”

“Kangkungnya buat mama. Ditumis pedes pakai cabe rawit yang buuanyak.”

“Mah.. mah.. mamah pancet wae. Senengane pedes.. terus mesti mules.” Anakku pergi tanpa menoleh.

Aku tertawa geli. Ya masak orang senang pedas kok dilarang. Hmm... meskipun begitu. Senang masih ada yang memperhatikan,  meskipun cara penyampaiannya agak ketus. Never mind !

Lidwinaro, 30 Okt 21




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik