CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji 8 (tamat)


 CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji (8) tamat

Baca cerita sebelumnya di :

https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji-7.html

         Sudah lama Dave mencari keberadaan Danik. Gadis itu lenyap begitu saja tanpa jejak, setelah komunikasi terakhir mereka yang belum tuntas di Bali. Tanpa kata perpisahan. Menghilang seperti embun di siang hari.

         Takdir seringkali  mempermainkan hidup manusia. Tapi bukankah selama belum menyerah, jalan akan selalu terbuka ? Hanya karena kekerasan hatinya untuk menemukan Danik, ternyata kali ini takdir mau tidak mau harus menyerah  kepadanya. Dave menghela nafas. Entah hal apa lagi yang harus dilalui besok, dia tidak tahu. Yang dia tahu, Dave hanya perlu bersabar sedikit lagi dan tak akan menyerah. Apalagi  membiarkan malaikat kecilnya lepas dari genggamannya. Jangan harap !

         Seperti disiram air dari surga, ketika Dave bertemu pertama kali dengan anak itu. Lututnya ngilu, hampir tak bisa menopang tubuh. Tangannya gemetar menyentuh rambut ikal anak itu. Mata anak itu adalah matanya. Rambut dan kulitnya juga. Tapi senyum manis itu jelas milik Danik. Mama Dave bahkan tak berhenti menangis melihat kemiripan anak kecil itu dengan Dave. Seharian mama mencium,  memangku, memeluk dan mencoba mengajak bicara. Ah konyolnya mama.. mengajak Sekar bicara  dalam bahasa Inggris. 

         Tapi Sekar ingin pulang dan bertemu dengan mbak Menik. Siapa Menik ? Mengapa Sekar amat gelisah ingin bertemu dengan Menik ? Dan Dave akan mengabulkan rengekan Sekar. Besok dia akan mengantar Sekar ke rumah Menik.

          Tupai berekor panjang, mengendap- endap turun dari atas pohon. Ekornya bergerak gerak. Matanya menatap sosok gadis dewasa yang sudah dua hari selalu mengamati pucuk pohon. Dan berjam-jam menengadah ke atas pohon dengan tatapan kosong. Ah, pasti dia mencari Sekar si adik kecil. Sekaligus sahabat kecil cantiknya yang bermata hijau muda itu. 

         Mendengar suara gesekan dedaunan yang diterpa angin, mata Menik membulat penuh. Dia melihat pemandangan di depan matanya dengan ragu bercampur takut. Dia tak berhenti  mengerjapkan mata. Tetapi tupai itu tidak juga hilang. Tupai itu masih menatap kearahnya dengan imut ! Sebentar..sebentar.. Menik mengatur nafasnya. Apakah ini nyata seperti cerita yang diceritakan Sekar ? Atau ini  hanya halusinasi saja ?!

          Menik mendekati ayunan, mencoba melihat dari dekat. Apakah dia sudah gila atau bagaimana?  Ternyata tupai itu benar-benar ada ! Lihat mata tupai itu bulat dan bersahabat. Oh, astaga apa ini sungguh nyata seperti cerita Sekar ? Menik menahan nafas, ketika tupai itu tiba-tiba berlari kecil, menjauh. Wah, Menik tersentak. Dia bergegas mengikutinya ! Tidak ada waktu lagi untuk berpikir apapun.

         Semilir angin yang sejuk. Hamparan rumput hijau pendek yang luas tak bertepi. Bunga bertebaran dimana-mana. Wanginya harum  semerbak. Dan jamur itu... Menik merasa seakan jantungnya berdegup dua kali lipat. Ternyata benar-benar ada jamur berwarna warni. Alangkah anehnya, tetapi indah sekali. Menik tersenyum, membelai gerombolan jamur berwarna warni itu dengan takjub. Bunga matahari, mawar, krisan, gladiol putih.. Beratus ratus kupu-kupu bersayap jingga emas. Sayapnya gemerlap menyilaukan mata. Aliran air sungai mengalir lembut, sejuk. Tempat apa ini, sungguh memikat hati. Dia bahkan meraih dan mencoba menangkap kupu-kupu itu. Oh, gila... Bagusnya tempat ini.. 

         Sekar terdiam. Bingung. Matanya gelisah menatap ibunya   menuntut penjelasan. Dia tidak mengerti mengapa mbak Menik tidak ada di rumah. Ibu dan mbak Danik  bahkan hanya bisa menangis dan hanya menangis. Dave memegang erat tangan Sekar yang mulai dingin.. Tari hanya bilang, mbak Menik tidak  pulang lagi. 

Lidwina

Cikarang, 14 Oktober 2021, Cerbung : Sekar dan Larung Sesaji  8 (tamat)


    

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik