CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji 3

Cerbung : Sekar dan Larung Sesaji (3)

Baca cerita sebelumnya di :

https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/cerbung-sekar-dan-larung-sesaji_6.html

         Sekar menguap. Beberapa kali matanya menatap ke arah atas pohon mangga. Dia sedikit lelah, tapi dia tetap bertahan duduk sambil mengayun ayunannya dengan pelan-pelan. Anak perempuan kecil  yang cantik itu mempunyai sepasang mata berwarna hijau muda yang dapat membuat orang berdecak kagum hanya dengan melihatnya sekali pandang. Sekar sendiri tidak mengerti mengapa warna kulit dan matanya berbeda dengan milik ibu dan mbak Menik. Dan mengapa juga banyak anak-anak sebaya yang tidak mau bermain dengannya. Tetapi Sekar tahu, itu karena dia dan mereka berbeda. Mereka selalu memandang aneh warna kulit Sekar, atau warna mata Sekar. Bahkan sering usil, dan memanggilnya “ hei, cah londo kesasar..” Mengingat semua itu membuat mata Sekar meredup layu..

          Biasanya kalau dirumah, ibu membela dengan mengacungkan sapu pada anak-anak tetangga yang menjahili Sekar. Kalau Mbak Menik jangan ditanya lagi. Mbak Menik itu seperti malaikat penjaga. Bude Danik teman ibu yang punya kios juga amat baik. Sering membelikannya jajan dan susu. Juga sering membelikannya baju, jepit rambut juga sandal.  Oh ya, Tari juga ! Tari itu anak bude Min, yang tinggal disebelah rumahnya. Hanya Tari satu-satunya teman yang baik. Yang mau bermain dengannya. Dan yang berani melempar kerikil, jika ada anak yang mengganggunya. Sayang seminggu yang lalu Tari bersama bude Min pergi menengok nenek di Caruban. Entah sampai kapan Tari kembali ke Sarangan. 

          Oh ya ! Untunglah dia sekarang punya teman baru. Besok kalau Tari pulang, dia akan menunjukkan teman barunya pada Tari supaya mereka bisa bermain bersama-sama. Kalau bisa, nanti Sekar akan bilang sama mbak Menik untuk mengajak serta teman barunya melihat acara Larung Sesaji juga. Bibir Sekar mengembang senyum. Terbayang kembali keramaian arak-arakan Larung Sesaji setahun yang lalu.. Banyak mbak-mbak cantik yang selalu tersenyum, semua berbaris rapi.  Dengan baju seragam dan rambut penuh hiasan. Kata mbak Menik, baju itu namanya kebaya. Dan banyak bapak-bapak memanggul tumpeng sangat tinggi. Tapi reog lah yang paling menarik hati, meskipun hatinya selalu berdebar keras melihat topeng aneh sebesar itu bergerak menari mengikuti gamelan.

          Seekor tupai tiba-tiba turun dari atas pohon dan mengibaskan ekor. Meskipun agak terkejut, Sekar tersenyum lebar dengan riang. Dia segera meraih teman barunya dan meletakkan di atas pangkuan. Lalu Sekar mulai mengayun ayunannya. “ Main yuk...” ajaknya riang. Sekar mengayun kencang. Lalu lebih kencang lagi..  “ Jangan nakal lagi ya ! Jangan lari lagi seperti kemarin. Nanti nggak kuajak ikut lihat acara Larung lho..” Si tupai memandang Sekar, seolah-olah tersenyum kecil, mengerti apa yang dibicarakan anak itu. Mengibaskan ekornya yang panjang dengan riang.

         “Apakah kau punya ibu ?” Lagi-lagi tupai hanya mengibaskan ekor. Matanya setengah tertutup seolah nyaman dalam ayunan dan pangkuan Sekar. “ Punya ibu tidak.. ?” Kembali tupai mengibaskan ekornya. Kali ini sambil kepalanya menoleh ke arah Sekar. Seperti memahami jalan pikiran si tupai, Sekar menggeleng. “ Tidak. Aku tidak mau ke rumahmu. Nanti aku dicari sama mbak Menik.” Seperti dua sahabat yang akrab, mereka bercerita dan bermain.

         Si tupai bersuara pelan. Lalu tiba-tiba melompat begitu saja dari pangkuan Sekar. Sekar terkejut. Terlambat untuk meraih tubuh si tupai. Sejenak anak itu berpikir. Mengejar atau tidak ? Beberapa detik kemudian Sekar lalu memutuskan untuk mengejar tupai itu...

         Dari jauh Sekar bisa melihat kemana arah tupai itu berlari. Tapi, hei.. tunggu.. Langkah Sekar melambat. Sepertinya dia mengenal jalan ini. Ya benar.. Dia kemarin dan kemarinnya lagi pernah berada di jalan ini. Mata Sekar berkeliling. Mencoba memastikan jalan yang tak asing di memorinya. Dia sedikit cemas. Bingung. Mengapa dia kembali lagi di jalan ini ? Ini bukan jalan seperti biasa ke arah kerumahnya. Tidak ada keramaian orang-orang. Tidak ada kuda-kuda yg disewakan. Tidak ada pedagang makanan. Tidak ada kios. Tidak ada pasar. Tidak ada apa-apa kecuali suatu lapangan luas berumput pendek yang sunyi. Bunga-bunga mekar dikanan kiri. Berayun-ayun tertiup angin. Dan apa itu ? Sekar menjulurkan lehernya. Benda kecil seperti payung bergerombol di bawah bunga. Aneka jamur berwarna warni ? Sekar memberanikan diri menyentuh jamur imut itu. Wah, lembutnya.. Lucu sekali. Oh astaga ! Dimana ini ? Tempat apa ini ? Mengapa dia lagi-lagi kembali berada disini seperti kemarin ? Dimana tupai imut tadi ? Mengapa tupai imut itu menghilang dan meninggalkannya lagi seperti kemarin ? 

         Sekar ingin pulang. Akan tetapi dia tidak tahu jalannya. Lagi-lagi seperti kemarin, dia hanya bisa berputar-putar. Meskipun tempat ini menarik, indah dan sejuk, tapi Sekar juga takut. Dia pokoknya ingin pulang. “Sekar !” Anak itu menoleh terkejut ada yang memanggil namanya !

cah londo kesasar : anak bule tersesat

jajan : makanan kecil/ snack


LidwinaODOP9 (38) 8 Okt 2021 Sekar dan Larung Sesaji 3

         

    

           


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik