Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

KUE BOLU

Gambar
 Penulis : Lidwina Ro  Aku bernafas lega saat mendengar pintu terbuka. Akhirnya Lilia sahabatku membuka pintu juga setelah setengah jam lebih aku mengetuk pintu rumahnya dan menunggu. Buru-buru aku bangkit dari bangku teras, lalu menghampiri Lilia.   Mendapati sepasang mata yang bersinar ceria itu membuat hatiku menghangat. Terus terang, aku jarang melihat mata indah Lilia begitu bersemangat akhir-akhir ini.    “Yuk, masuk, Lin. Bolu kukus zebra sudah jadi.”    Senyumku yang baru saja mengembang, seketika layu dan meredup. Bolu kukus zebra itu ... adalah makanan favorit Bima. Hati ini seperti terbanting keras. Perih. Dengan sedih aku menggandeng Lilia masuk ke dalam rumahnya.    “Aku menunggu lama di depan, tahu! Aku kira kau mandi, siap-siap mau kuliah. Ternyata malah bikin bolu,” sungutku pura-pura kesal. Lilia mengikik senang melihatku sewot.     “Jadi kau belum mandi? Bolos kuliah lagi hari ini?” tanyaku sambil menatap baju tidur Lilia yang penuh noda tepung terigu.    “Aku ada jan

KABUT HATI (4)

Gambar
  Penulis : Lidwina Ro Lindri hanya melongo,  menatap kepergian Leon dengan mata tak berkedip. Sepertinya dia perlu waktu untuk mencerna semuanya dengan pelan-pelan. Sementara Ibu diam-diam menghampiri Lindri, lalu memeluk bahunya dari belakang. Lindri menoleh, menatap ibunya, seolah-olah meminta pendapat. Ah, Ibu pasti mendengar seluruh pembicaraan mereka tadi. Tapi Ibu malah mengulum senyum.     “Kelihatannya pribadi Leon lumayan juga,” bisik Ibu. Mendengar Ibu bicara seperti itu, perlahan-lahan kabut di hati Lindri mulai menepi. Sebenarnya diam-diam Lindri juga menyukai Leon. Hanya saja, dirinya selalu memendam dalam hati sendirian. Semoga mulai besok semua kabut dalam hatinya benar-benar akan perlahan menguap, seiring matahari yang menawarkan beribu harapan yang menghangatkan hati.  ***     Bel sekolah baru saja berbunyi. Lindri bergegas ke kantin, tetapi gadis berseragam putih abu itu terkejut ketika tiba-tiba Karin berdiri tepat di depannya menghadang jalan. Terlambat sedetik saj

KABUT HATI (3)

Gambar
    Pipi Lindri langsung terasa panas saat mulai menyadari ke mana arah bicara Leon.     “Apa kau baik-baik saja, Leon?”     Leon tergelak. Sambil lahap menyantap nasi soto, dia menjentikkan jarinya, lalu telunjuknya mengarah lurus ke Lindri.     “Nah, ini lah kamu, Ndri. Terlalu menjaga jarak denganku. Kenapa? Apa yang kau takuti?”     Lindri menggelengkan kepala. Rasanya terlalu aneh kalau Leon tiba-tiba mengajaknya pergi. Apa sebenarnya yang dilihat Leon darinya? Prestasi Lindri di kelas pas pasan saja. Dirinya tidak terlalu pintar, tidak supel, kuper ...  dan tidak cantik-cantik amat. Dirinya bahkan hanya anak penjaga kantin sekolah. Dari sudut pandang mana pun, tidak ada hal yang patut dibanggakan dari dirinya. Ah, Leon mungkin sedang mabuk.     “Apa yang kau pikirkan, Ndri? Minder?”     Sungguh ucapan yang betul-betul jitu dan mengena. Tapi Lindri hanya menjawab dengan satu senyuman sumbang saja.     “Heh, apa yang kau pikirkan, Ndri?” desak Leon untuk yang kedua kali, sambil mer

KABUT HATI (2)

Gambar
 Penulis : Lidwina Ro    Duh! Si berandal satu ini, tetap saja tidak berubah.  Kata-katanya masih lugas dan sengit!      “Oke, tunggu sebentar!” sahut Lindri, lalu menghilang ke belakang. Rupanya Ibu mendengar pesanan Leon. Ibu tersenyum, segera menyiapkan nasi soto dan teh dengan cekatan.     “Tunggu sebentar,” pinta Leon dengan suara rendah, setelah Lindri meletakkan sepiring nasi soto, pesanan Leon, dan akan berlalu dari meja.     Lindri mengerutkan alisnya, sejenak mematung dan menatap Leon dengan bingung.     “Eh, ada apa, ya? Ada yang kurang? Kecap? Jeruk nipis?” Mata Lindri berkeliling di sekitar meja Leon, mencoba memeriksa  pelengkap soto, apakah ada yang kurang atau ada yang habis.      Leon tersenyum geli melihat tingkah Lindri yang seperti detektif memeriksa pelengkap soto. Dengan telunjuk mengarah ke kursi bakso sebelahnya. Pemuda itu memberi kode. Ada apa lagi dengan kursinya? Mata Lindri beralih melirik kursi berwarna hijau itu dengan  kepala penuh tanda tanya. Lalu mena

Kabut Hati (1)

Gambar
 Penulis : Lidwina Ro    Siapa saja orangnya, pasti memandang dua kali bila baru bertemu dengan Karin. Gadis itu tidak hanya cantik, tetapi juga supel dan humoris. Tidak heran kalau teman-temannya banyak, dan suasana selalu menjadi ceria bila ada Karin di sana.      Sambil mengelap meja bekas makan Karin dan teman-teman sekelasnya, Lindri tetap menatap punggung Karin yang sudah pergi dari kantin. Samar-samar masih terdengar canda tawa dan gosip mereka tentang anak baru bernama Leon di kelas dua belas A.      Hm, Leon. Siapa yang tidak tahu Leon? Pemuda berandal, cuek, sedikit kasar tapi tampan, pintar dan bermata elang itu? Semua murid perempuan di sekolah ini pasti sudah tahu Leon, dan pasti banyak yang menyukainya. Bahkan berlomba-lomba untuk menjadi teman dekatnya. Lalu, siapa kira-kira yang pantas mendapatkan perhatian Leon selain Karin? Lindri diam-diam tersenyum pahit. Sepertinya tidak ada gadis lain yang sesempurna Karin. Memangnya siapa juga gadis di sekolah ini yang mampu bers