Yang Terdalam (2)

Yang Terdalam (2)


 Baca sebelumnya di:

https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/yang-terdalam-1.html

         Sambil mengambil posisi duduk yang nyaman, Pipit memberanikan diri melirik wajah pria asing itu. Tubuhnya termasuk tinggi juga, terbalut jaket biru.  Ketika mata mereka bertemu, pria itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

         Hei !? Apa dia type pemalu, batin Pipit menerka. Dengan rahang kokoh dan hidung yang tinggi, pria itu terlihat macho. Pasti banyak gadis yang menyukai penampilannya. Pipit menggelengkan kepala, apa dia sudah tidak punya kerjaan sehingga menilai orang asing ? Kenalpun tidak!

         Pipit yang biasanya alergi ditanyai orang asing, kini tergelitik oleh rasa penasaran. Apakah pria itu menyuruhnya duduk hanya karena rasa kasihan semata? Dan, mengapa pria itu tadi membuang wajahnya ? Pipit menunduk, meneliti tubuhnya sendiri, jangan-jangan penampilannya ada yang salah. Atau bedaknya berantakan karena tadi sempat terdorong dan terdesak oleh penghuni bis ? Atau..

“Surabayanya dimana mbak ?”

           Pipit kaget. Pria yang membuyarkan lamunannya, sekarang menatapnya lurus. Sorot matanya datar. Tidak ada kilatan iseng  disana. Suaranya masih bernada sopan. Membuat Pipit sedikit demi sedikit menurunkan tingkat kewaspadaannya.

          Agak dingin dan sopan. Begitulah kesan pertama Pipit pada pria itu. Tidak seperti kebanyakan  orang asing yang dijumpainya, Pipit merasa pria itu lain daripada yang lain. 

“Boleh aku minta alamatmu ?” suara rendah itu terdengar lagi, tapi bagai gelegar petasan di telinga Pipit. Pria itu sepertinya berhasil  menahan langkah Pipit yang hendak terburu-buru mengejar angkot. 

Pipit berhenti dan menoleh  keheranan.

“Kalau boleh, aku akan main ke kost mu. Boleh tidak ?” 

         Meskipun tatapan mata pria itu masih datar, tetapi ada kegigihan halus yang tak bisa ditawar didalamnya. Dia menunggu jawaban Pipit dengan tenang. Tidak memaksa, tapi cukup membuat Pipit gerah. Dan entah iblis dari mana yang membujuk, Pipit kemudian begitu saja  mengatakan jalan dan gang dimana dia tinggal. Lalu meninggalkan pria itu tanpa menoleh lagi. Sudahlah, lupakan saja. Diapun sibuk mengejar angkot !

Lidwina, 23 Okt 2021


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik