Belajar Menjadi Bijak

Belajar Menjadi Bijak


         Cling ! Aku tersenyum senang. Ada pesan masuk lagi. Salah satu mengapa aku betah berbalas pesan dengannya hanya satu. Karena aku tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapat balasan pesan. Padahal malam ini dia juga tidak sedang menganggur. Tapi sedang bekerja di kantor sebuah perusahaan salah satu media cetak yang cukup terkenal di Jakarta. Dan sedang mengawasi anak buahnya bekerja.

         Tidak seperti kebanyakan orang lain, yang kadang membuatku jengkel. Tiba-tiba memutus percakapan ditengah topik, tanpa pamit lalu lenyap begitu saja, tanpa diantar.. seperti jailangkung. Huh !

         “Ngomong sama kamu kadang membuatku sebel,” katanya suatu hari.

“Lho, memang kenapa mas?” aku tersenyum diam-diam.

“Aku harus mikir dulu sebelum menjawab, tahu!”

Aku tak tahan lagi. Tawaku langsung pecah mendengar jawabannya. Oh, separah itukah aku? 

“Liburan besok janji ya mas, traktir aku ayam bakar kampung Bu Setu, Gandu. Awas kalau nggak!”

“Beres, kita janjian saja.”

“Nanti boleh nggak, kalau mudik liburan aku tidur di rumahmu desa, mas ?”

“Bener ya ? Nanti sekalian main ke air terjun yang dulu pernah kita singgahi. Sekarang jalannya sudah dibangun bagus. Jadi tidak perlu lewat jalan setapak lagi seperti kita dulu itu. Masih ingat tidak ?”

          Aku mendengar nada bersemangat masuk ke liang telingaku. Tentu saja aku masih ingat dengan jelas ! Bagaimana dia di waktu kuliah dulu sempat mengajakku berkeliaran di alam terbuka alami seperti ke hutan pinus dan salah satu air terjun cantik di Magetan bersama kelompok teman pendakinya.

        Sekarang semua malam tidak akan sama. Tidak ada pesan singkat di malam hari lagi. Tidak ada gerutuan jenaka lagi untukku. Juga tidak akan ada traktiran ayam panggang Gandu. Bahkan tidak akan ada lagi permainan tebak-tebakan. 

“Anak kadal apa namanya?”

“Tobil, kan mas!” 

“Wah, mesti kamu nyari di gugel dulu! Dasar curang kamu !”

Aku tertawa puas bisa menjawab tebakannya, sementara dia sewot. Dia tidak tahu, kalau aku punya buku contekan kecil ajaib. Karena setiap kali bersapa di ponsel, dia selalu mengujiku dengan mata pelajaran bahasa Jawa semasa SMP. Lalu berdua saling melempar emoji ngakak habis.

       Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal padanya. Karena aku tahu, dia tidak kemana-mana. Dia hanya ada diantara bintang dilangit. Akan selalu terlihat terang dan jelas di mata atau sudut hati. Bagaimana dia sudah membingkai hari-hari istimewa dengan banyak menebar nasihat, jenaka dan rasa sayang yang tulus. Pada adiknya yang bandel ini. Jadi tak dapat kuingkari, bahwa aku memang... sangat kehilangan !!

https://lidwinarohani.blogspot.com/2021/10/belajar-menjadi-bijak_75.html

Lidwina

Cikarang, 20 Okt 2021



         


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik