CERBUNG : Sekar dan Larung Sesaji


          Kemana Sekar menghilang ? Dimana sebenarnya anak itu ? Menik menghela nafas. Tampak kedua bola matanya berkeliling dengan resah, mencoba mencari sosok anak berumur lima tahunan di antara lalu lalang pengunjung yang memenuhi jalan. Andai saja, dia bisa meninggalkan sejenak bakul nasinya dan mencari Sekar di tempat biasa dia bermain.. Biasanya anak itu suka bermain ayunan di belakang pasar. Atau terkadang main jungkat jungkit juga bersama Tari, teman sebayanya.  Tapi mana mungkin Menik meninggalkan bakulnya begitu saja selagi ada orang yang masih menikmati nasi pecel dagangannya ? Menik menghela nafas lagi. Memperbaiki duduknya sambil meremas serbet kotak-kotak biru dipangkuan. Matanya masih sibuk mencari bayangan sosok kecil kurus berambut sebahu di antara pejalan kaki. Tapi sepertinya usahanya sia-sia. Anak kecil itu tidak juga terlihat.

         Sudah pukul tiga sore lewat. Menik melirik sekilas jam dinding yang tergantung di kios mbak Danik, penjual daster dan kaos disebelah dia ndeprok dengan bakul nasinya. Sambil menunggu pembeli terakhirnya menuntaskan makan siang, pelan-pelan Menik memberesi dagangannya. Pincuk-pincuk bekas sudah dia masukkan kresek. Begitu juga dengan bekas baskom sambel pecel. Sendok garpu sudah dia cuci. Teko teh, termos air panas untuk kopi sudah masuk dalam keranjang plastik. Hari ini lumayan banyak pengunjung di telaga Sarangan, sehingga dagangan nasi pecelnya cepat ludes. 

         “Arep mulih, Nik ?” suara mbak Danik, pemilik kios daster menyapa lembut. Menik menoleh dan melempar senyum, ”Iya mbak, sudah habis ini.” Mbak Danik mengacungkan jari jempolnya tinggi-tinggi. Sejenak mbak Danik memperhatikan wajah yang sayu itu, “ Ibumu masih sakit, Nik ?” Sepasang mata yang sudah resah itu makin bertambah sayu, “Masih mbak.” Mbak Danik keluar dari kios mungilnya, mendekat ke arah Menik yang sedang membereskan dagangannya. Wanita tigapuluhan tahun itu lalu mengusap bahu Menik. Seolah olah ingin mentransfer energi kekuatan. Sejak ibu Menik jatuh sakit, memang Meniklah yang menggantikan berdagang nasi pecel. Menik adalah  anak perempuan bu Sum, sosok  gadis pendiam, tidak banyak berdandan dan tekun. Tanpa banyak kata, dia segera mengambil alih tanggung jawab keluarga ketika ibunya jatuh sakit. “Yang sabar ya Nik.. “ Menik tersenyum lagi ketika  mendengar suara lembut mbak Danik. Pijar kasih hangat dari manik mata mbak Danik sudah cukup membuatnya merasa agak tenang.  Mbak Danik seolah tahu apa yang dipikirkannya, walaupun dia tidak terlalu banyak bercerita, atau berkeluh kesah tentang masalah dalam keluarganya. Lagi pula.. Buat apa bercerita, kalau hanya menambah beban sang pendengar. Lebih baik membungkam mulut. 

         Menik menggendong bakulnya di punggung dengan sehelai jarik batik yang sudah pudar warnanya. Setelah mengucap salam pada mbak Danik, Menik melangkah tergesa pulang menuju ke arah rumah. Tetapi sesampai di pertigaan jalan dia berbelok kiri. Langkahnya tak sabar menuju belakang pasar. Berharap menemukan bayang anak perempuan kurus berambut sebahu. Tapi dia harus menelan kecewa karena tidak berhasil menemukannya. Hanya ada beberapa anak kecil asing yang sedang tertawa riang bermain ayunan. Jelas bukan Sekar. Lalu, dimana Sekar ? 

         Menik mencoba mencari anak itu disekitar pasar. Nihil. Kemana coba anak sekecil itu bermain ? Setiap hari Menik memang membawa Sekar berdagang nasi pecel. Kondisi ibu yang sedang sakit membuat Menik mau tidak mau harus membawa Sekar ketika dia berjualan nasi pecel. Takutnya kalau ditinggal di rumah, bisa-bisa Sekar malah merepotkan ibu. Biasanya setelah sarapan, Sekar minta ijin bermain ayunan di belakang pasar, tak jauh dari tempat Menik berjualan. Dan sebelum jam dua belas siang, biasanya Sekar juga sudah kembali. Akan tetapi beberapa hari ini ada yang aneh. Sekar selalu menghilang tidak kembali lagi ke tempat Menik berjualan. Mungkinkah Sekar sudah pulang sendiri ke rumah seperti kemarin ? (bersambung)


LidwinaODOP9 (36) Sekar dan Larung Sesaji 

#OneDayOnePost #KomunitasODOP

         


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik