KABUT HATI (2)


 Penulis : Lidwina Ro


   Duh! Si berandal satu ini, tetap saja tidak berubah.  Kata-katanya masih lugas dan sengit! 

    “Oke, tunggu sebentar!” sahut Lindri, lalu menghilang ke belakang. Rupanya Ibu mendengar pesanan Leon. Ibu tersenyum, segera menyiapkan nasi soto dan teh dengan cekatan.

    “Tunggu sebentar,” pinta Leon dengan suara rendah, setelah Lindri meletakkan sepiring nasi soto, pesanan Leon, dan akan berlalu dari meja.

    Lindri mengerutkan alisnya, sejenak mematung dan menatap Leon dengan bingung.

    “Eh, ada apa, ya? Ada yang kurang? Kecap? Jeruk nipis?” Mata Lindri berkeliling di sekitar meja Leon, mencoba memeriksa  pelengkap soto, apakah ada yang kurang atau ada yang habis. 

    Leon tersenyum geli melihat tingkah Lindri yang seperti detektif memeriksa pelengkap soto. Dengan telunjuk mengarah ke kursi bakso sebelahnya. Pemuda itu memberi kode. Ada apa lagi dengan kursinya? Mata Lindri beralih melirik kursi berwarna hijau itu dengan  kepala penuh tanda tanya. Lalu menatap Leon kembali, masih dalam mode linglung. 

    “Duduklah sebentar.”

    Lindri memiringkan wajah. Ha? Duduk? Lho, apa dengan berandal satu ini? Lindri celingukan, mencari sosok lain di dalam kantin. Duh, apa benar Leon menyuruhnya duduk? Jangan-jangan bukan dia yang diajak bicara. Tapi sekolah sudah usai sejam yang lalu, dan di kantin ini hanya ada Leon.

    “Duduklah, Ndri. Aku hanya ingin tahu, apa besok aku bisa mengajakmu keluar?”

    Lindri segera mengambil kursi, dan duduk di sebelah Leon. Bukan karena Lindri bersemangat karena tersanjung. Bukan.

    Tetapi karena lututnya lemas mendengar ajakan Leon, si berandal yang suka bikin ulah di kelas itu. Berandal dengan nilai tertinggi di sekolah! Wah, mimpi apa Lindri semalam? Atau ... apakah otak Leon sedang bergeser setengah senti dari tempatnya?

    “A-apa maksudmu?” tanya Lindri dengan gagap. Dia tidak ingin menyimpulkan sesuatu yang berlebihan. Bisa saja, kan, Leon mengajaknya ikut belajar kelompok atau mengerjakan proyek tugas akhir sekolah? Kebetulan mereka satu kelompok.

    “Apa aku adalah yang pertama kali?” seringai Leon yang senang melihat Lindri kebingungan.

    “Pertama kali? Maksudmu pertama kali apa?” Alis Lindri kembali bertaut.

    “Cowok pertama kali yang mengajakmu keluar.”

  (Bersambung)

Ckr, 040622


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik