KETAHUAN

    

Penulis : Lidwina Ro

   Hati Lira berdiri perih saat menatap dua sejoli yang tertawa berderai itu. Perihnya seperti ditusuk-tusuk ribuan pisau yang sangat tajam. Untuk sesaat, netranya menatap langit, menyambar sederet awan biru yang terdiam,  merapatkan mulut. Seolah-olah ingin larut menjelma menjadi buliran bening yang turun dari pipi tirus Lira.

   Melihat tubuh Lira yang mulai oleng tak wajar di samping warung kecil di seberang danau Sarangan, membuat Sarah curiga. Dia meninggalkan kios baju, tak jadi memilih kaus, lalu menghampiri Lira, sahabatnya. 

   “Hei, ada apa denganmu, Lira?”

   Lira tidak mampu menjawab.
Matanya yang basah menatap Sarah dengan putus asa. 

   Sarah menuntun Lira masuk ke dalam warung, dan memaksa Lira untuk minum air mineral supaya agak tenang.

   “Kau kenapa?” desak Sarah sambil menatap sekeliling danau Sarangan yang lumayan  penuh dengan pengunjung lokal, mencoba mencari sesuatu, penyebab Lira begitu terpukul dan hancur.

   Mata Sarah lalu berhenti pada satu pemandangan yang membuat dadanya ingin meledak. Hm! Jadi itu penyebabnya. Frans! Tetapi mengapa tunangan Lira itu malah sedang berduaan dengan gadis asing dengan mesra? Hei, siapa gadis itu? Mengapa Frans belum kapok juga?

   Lira memeluk Sarah, menumpahkan kekecewaan dan kesedihan di bahu sahabatnya. Keduanya hanya bisa berpandangan tidak percaya dengan mata yang sarat spekulasi pertanyaan.

   “Dia ... dia ternyata tidak tulus padaku, Sar. Aku benci sama Frans! Munafik! Mereka harus menjelaskan padaku, Sar!”

   “Tenanglah Ra, tenang dulu. Jangan panik begitu.”

   “Tapi kami sudah bertunangan, Sar!”

   “Terus kenapa? Kau akan mempertahankan pertunanganmu ini? Jangan bodoh, Ra. Jangan terus-terusan memaafkannya.  Ingat lah, ini bukan yang pertama kali Frans menyakitimu. Coba kamu ingat-ingat lagi.”

   “Tapi, tapi, Sar, kami ....”

   “Saling cinta? Amit-amit, deh, Ra. Cinta model apa ini? Sudah berkali-kali ketahuan dia menikungmu, dan kau masih mau bilang saling cinta? Cinta dari Hongkong? Kau harusnya bersyukur! Kau lihat, lagi-lagi Tuhan mencelikkan matamu agar segera sadar, siapa Frans itu sesungguhnya. Jangan keras kepala. Kau mau hidup tidak tenang dengannya kelak di masa depan? Please, deh,” ujar Sarah memberi pengertian, berharap Lira kali ini mau mendengarnya dengan saksama.

   Lira menatap Sarah dengan sendu dan tak berdaya. Hatinya tidak terima. Ingin berontak. Ingin membantah, tapi kali ini, otaknya harus tetap dingin dan menerima, bahwa apa yang dikatakan Sarah semua benar. Ini saatnya untuk berpikir cerdas dan memberi nafas baru untuk hatinya yang sudah lama sekarat.

Cikarang, 12 April 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik