DUNIA KECILKU


 Penulis : Lidwina Ro


   Jujur saja, kadang-kadang aku tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam isi kepalaku. Menulis? Apa tidak salah aku memutuskan untuk menulis?

   Apa alasanku menulis di sela-sela pekerjaan dan rutinitas pekerjaan rumah tangga yang tiada pernah habis itu? Halo? Apa aku sudah kehilangan rasa nikmatnya tidur di kasur latex milikku selepas kerja?

   “Sudahlah, Mah. Dari pada melotot mengetik di ponsel, lebih baik buat tidur saja, kasihan sama matamu,” ujar suami untuk yang ke sekian kali. Dia belakangan getol mengingatkan jam tidurku yang semakin amburadul. Aku pun dengan sigap mengiyakan untuk yang ke sekian kali juga, walau pun tidak berniat melepas ponsel dari genggamanku.

   Waktu SD, aku pernah mengirim puisi di majalah Bobo. Entah mengapa, kebiasaan menulisku berhenti dan berganti dengan membaca. Biasanya aku meminjam buku di perpustakaan sekolah atau di perpustakaan umum.

   Sosial media membuat aku lebih leluasa lagi berselancar di dunia maya, mencari berbagai genre bacaan yang kusukai, berita terkini, bahkan aneka film, dari kartun, silat, sampai drama Korea.

   Beberapa bulan belakangan ini, aku bertemu kembali dengan sahabat lamaku, Endang. Dia mengajakku aktif menulis di komunitasnya One Day One Post, juga WWC. Wah, komunitas menulis? Kelihatannya menarik. Ingatanku kembali pada masa kecilku, saat aku sering mengirim puisi di majalah Bobo.

   “Apa enggak ketuaan memulai bergabung di komunitas menulis?” tanyaku ragu, tidak percaya diri.

   “Sudah, mulai saja menulis, tidak akan rugi ikut komunitas menulis. Banyak sekali manfaat yang akan kita dapat dari menulis. Tinggal pandai-pandai mengatur waktu,” bantah Endang tetap membujuk, dan berusaha keras menyingkirkan rasa pesimisku.

   Baiklah, mengapa tidak mencoba saja? Kalau sulit cukup tinggalkan. Apa susahnya? 

   Ternyata aku malah menikmati dunia menulis. Di setiap komunitas menulis selalu ada pembimbing yang berkualitas menuntun anggotanya sampai mengerti. Aku seperti mempunyai dunia kecil baru, di mana aku bisa bebas menuangkan apa saja, baik imajinasi, ide, hasil perenungan diri, atau cerita sehari-hari yang ada di sekitar. Dengan menulis setidaknya aku bisa memaksimalkan daya kreasi, dan mengurangi kegiatan yang tidak begitu perlu, misalnya nge-mal.

   Lalu idenya itu, muncul dari mana? Nah, ini. Kalau dipikir-pikir, aku juga tidak tahu dari mana saja ide itu datang. Oh, ya! Begini saja menyimpulkan kan ide dengan mudah. Anggap saja ide itu seperti jelangkung.

   Ih, kok jadi seram? Habis mau bagaimana lagi, karena ide datang sendiri, tanpa permisi, dan pergi begitu saja setelah mampir. Ih, kok jadi malah ingat mantan, ya? Embuh lah. No komen. Kalau yang ini di skip saja. Karena itu masuk dalam judul dunia kecilku, dalam episode yang lain. 


Cikarang, 07 April 2022



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik