BIPOLAR




Penulis : Lidwina Ro


   Itu dia! Mas Radit sudah pulang. Sayup-sayup Lira mendengar suara mobil yang masuk ke halaman. Dengan kesal, Lira melirik jam dinding. Hampir jam dua belas malam. 

   Lira sudah tidak sabar, alasan apa lagi yang akan keluar dari mulut Mas Radit? Lembur? Ada masalah di kantor yang harus segera di selesaikan? Makan malam dan meeting dengan tamu? Atau ada acara ulang tahun rekan kerjanya? 

   Bosan! 

   “Lira?” panggil Mas Radit sambil mengetuk pintu kamar. Lira mengatupkan geraham menahan marah. Mas Radit sudah berubah. Suaminya itu, sekarang berubah. Tidak sama seperti dulu. Sekarang benar-benar seperti orang asing. Tidak peka. Tidak perhatian sama sekali.

   “Pergi, Mas! Pulang subuh saja sekalian!” sahut Lira dengan berang, seperti seekor singa yang haus darah. Dia melempar ke arah pintu yang tertutup,  apa saja yang ada di dekatnya. Sisir, dompet, kunci, dan vas bunga. Semua barang berantakan di depan pintu kamar.

   Tetapi panggilan Mas Radit terus berulang, dan Lira masih tidak sudi membuka pintu kamar. Biar saja Mas Radit berteriak sepuas hati. Lagi pula ... Lira sudah membuang semua bantal, guling dan selimutnya Mas Radit di luar pintu kamar. Rasakan sekarang, selamat tidur di kursi tamu!

   Lama kelamaan suara panggilan Mas Radit menghilang. Lira yang dari tadi gelisah tidak dapat tidur, sekarang membuka kunci pintu kamar. Kemarahannya mulai surut seiring hilangnya panggilan Mas Radit.

   Melihat suaminya tidur di sofa tanpa sempat mengganti baju kantor, hati Lira menjadi luluh. Ah, mengapa dirinya masih saja tidak mampu mengontrol emosi? Setidaknya tadi mendengar alasan Mas Radit dulu.

   Seekor singa di dalam dirinya perlahan menyingkir, berganti menjadi seekor kucing kecil yang ketakutan ditinggal sang majikan. Dengan pipi penuh linangan air mata, Lira mengguncang lengan suaminya.

   “Mas, bangun ... ayo tidur di dalam kamar.”

Mas Radit mengucek-ngucek mata, mencoba bangun.  Sejenak menatap Lira yang sibuk menyeka air mata.

   “Kok belum tidur, Ra?” tanyanya sambil mengusap rambut Lira dengan lembut.

   “Maafkan aku, ya, Mas. Aku terlalu emosi tadi. Jangan marah, ya?”

 Dalam hati Mas Radit mengerang sedih. Semua lembur dan aktivitas yang dilakukannya, sebagian besar sebenarnya hanya upayanya mengais rejeki untuk pengobatan sang istri yang menderita penyakit Bipolar.


Cikarang, 02 April 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik