BE GRATEFUL


 Penulis : Lidwina Rohani


   Mendengar suara tangis Bintang, aku tergagap bangun. Beberapa detik menatap langit-langit kamarku sambil tetap mengingatkan diri sendiri, bahwa semua ini nyata. 

   Bintang kembali memanggil dengan tangisannya. Seketika itu juga, aku bangun dari kasur dan menuju box kecil di samping ranjangku.

   Aku menyentuh bibir Bintang dengan telunjukku, dan bayi itu merespons dengan menjulurkan lidahnya. Hm, lucu sekali, ternyata jagoanku lapar. Dengan sigap aku menuang sediaan susu formula yang sudah aku siapkan, ke dalam botol susu steril yang sudah aku siapkan sejak sore tadi.

   Setelah kenyang, Bintang aku gendong sebentar, menepuk lembut punggungnya agar bersendawa. 

   ***

   “Tante Win mengapa tiba-tiba punya dedek? Mengapa aku tidak melihat Tante Win perutnya gendut?” tanya Sarah dengan keheranan saat berkunjung ke rumahku.

   Aku tertawa geli mendengar keponakanku yang ceriwis dan cerdas ini. Entah bagaimana aku harus menjelaskan pada anak berumur empat tahun itu, bahwa aku mengadopsi Bintang. Kecelakaan fatal beberapa tahun yang lalu membuat aku divonis tidak akan pernah bisa melahirkan anak lagi. Setelah berunding dengan suamiku, akhirnya kami memutuskan untuk mengadopsi bayi lelaki. Seorang bayi yang ditinggalkan begitu saja oleh ibunya di panti asuhan. Bayi tanpa identitas.

   Betapa ironisnya hidup. Yang satu mendambakan lahirnya bayi. Yang satunya lagi menyingkirkan kelahiran bayi. Alangkah misteri hidup ini. 

   “Mengapa namanya Bintang , Tante?” tanya Sarah lagi. Kakakku, Mbak Wita, hanya tersenyum mendengar percakapan kami. 

   “Karena langit yang gelap akan membosankan dan sedih kesepian tanpa hadirnya bintang di langit,” sahutku sambil mengusap pipi halus Bintang, seolah minta dukungan. 

   Bayi itu tersenyum lebar, bersuara nyaring, menatapku lembut seolah sepakat dengan jawabanku.

   Ya, sekarang bayi ini menjadi bintangku. Pengusir lara dan sepi. Juga sebagai pengingat lidahku untuk tetap bisa berucap syukur. 

   “Sarah boleh menggendongnya, Tante?” celoteh keponakanku dengan wajah berseri dan antusias. Berkali-kali Sarah mengajak Bintang berbicara. Dan seolah mengerti apa yang diucapkan gadis cilik itu, Bintang bersuara nyaring. Walaupun tidak jelas makna suaranya, tetapi Sarah menanggapinya dengan sungguh-sungguh.

   “Kata Bintang, dia akan bermain bersamaku kalau sudah besar nanti, Tante Win. Dan katanya ... dia ngompol sekarang. Minta ganti popok.”

   Aku dan kakakku saling melempar pandang, sedetik kemudian kami tertawa gelak. 


   Cikarang, 040322



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik