ANGELINA


 

Penulis : Lidwina Ro


   Dengan sangat sayang aku mencium pipi putih gembul Angelina yang masih tidur, dengan hati-hati sekali. Lihat, betapa sangat menggemaskan anak kecil ini. Begitu pulas dan damai di alam mimpi. Sesekali mulutnya membentuk senyum. Mungkin di sana dia sedang bermain-main dengan belasan bidadari.

   Seperti takut berpisah dengan anak kecil berumur setahun ini, aku menggenggam jari-jarinya yang montok. Terasa hangat. Hatiku pun juga hangat, seolah dialiri oleh tetesan madu dari surgawi. Angelina adalah hadiah terindah dan terdahsyat yang pernah aku miliki di muka bumi ini. Aku mencintai Angelina dengan segenap jiwaku.

   Harum minyak telon yang menguar menyusup di hidung, membuat aku ingin mencium dan mencium lagi wajah malaikat kecil ini. Oh, kalau saja malaikat kecil ini bisa lebih lama bersamaku ....

   Pintu kamar terkuak pelan, menyembul wajah Mas Dana yang tersenyum.

   “Kok sudah pulang, Mas?” tanyaku sedikit kecewa. Berarti sebentar lagi Lina akan ikut pulang bersamanya.

   Mas Dana mengelus rambutku, seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan.

   “Besok Minggu aku janji membawa Angelina kemari.”

   “Benar, ya? Janji, ya?” desakku menatap tajam suamiku. Mas Dana mengangguk tegas.

    Pintu kamar terkuak lagi. Seorang wanita yang  masih berseragam kantor masuk, dan menyapa lembut.  “Oh, Angelina masih tidur, ya, Mbak?” 

   Aku mengangguk. “Aku sudah memandikannya juga. Hati-hati mengangkatnya, Lestari. Jangan sampai Angelina terbangun.”

   Lestari, ibu kandung Angelina, sekaligus maduku, mengangguk menurut. Lestari selalu menitipkan Angelina padaku ketika aktif ngantor kembali.

   ***

   Aku membisu menatap kepergian suamiku, Mas Dana, maduku Lestari dan Angelina sampai mereka masuk ke dalam mobil, dan lenyap dari pandanganku.

   Sudah dua puluh satu tahun. Bukan waktu yang tepat untuk tetap mengharapkan kehamilanku. Mas Dana tidak boleh menungguku lagi. Aku menyuruhnya menikahi Lestari, agar keturunan yang didambakan keluarga besar Mas Dana terwujud. 

   Setidaknya, Mas Dana masih tetap mencintaiku. Dan Lestari sangat mempercayaiku. 

   Dengan lahirnya Angelina, Mas Dana seperti mendapat nafas baru. Harapan baru. Kebahagiaan baru. Impian terbesarnya sudah tercapai. Masa depan sudah ada di depan mata. Bahkan keluarganya pun berhenti mengusik ketenangan kami. Semua berjalan normal kembali. Semua orang bahagia kembali. 

   Bukankah sudah tidak penting lagi, apa yang sedang aku rasa dan pikirkan? Bagiku, cukup melihat Mas Dana tenang, aku sudah bahagia. 


Cikarang, 03 April 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik