JURAGAN KECILKU


Oleh : Lidwina Ro


   Entah mengapa pagi ini gerimis masih setia turun dari langit. Meskipun hanya gerimis, nyatanya  tetap saja membuat jalan di dalam pasar tradisional desa Wangitenan, yang masih beralas tanah menjadi becek. Selain tidak enak dipandang mata karena kotor, jalan sempit dalam tengah pasar juga menjadi sedikit lebih sepi pengunjung.

    Ya, mungkin saja ibu-ibu jadi malas berbelanja kalau sepagi ini sudah gerimis. Mungkin untuk sarapan, mereka lebih memilih membeli makanan matang di warung terdekat, atau membeli makanan siap saji di online melalui Grabfood atau Gojek daripada repot blusukan di pasar yang becek.

    Kios kecil juraganku juga sangat sepi pagi ini. Tetapi anak juraganku, yaitu Mbak Denok -yang masih kelas lima SD itu- tidak menjadi  lesu atau patah semangat. Juragan kecilku dengan rajin menimbang gula pasir, lalu dengan cekatan menaruh gula pasir itu dalam plastik setengah kilo dan satu kiloan. Setelah itu Mbak Denok menimbang tepung terigu, juga kacang tanah. Semua dagangannya di tata rapi dalam kotak kayu yang menempel di tembok, yang sudah di sekat-sekat, sehingga barang dagangannya tampak rapi. Melihat Mbak Denok yang tersenyum melihat hasil kerjanya yang sudah beres dan tertata apik, aku pun ikut tersenyum bahagia.

    “Sudah selesai menimbang, Nok?” Tiba-tiba ibunya Mbak Denok muncul dari depan pintu kios, lalu masuk ke dalam kios sambil membawa rantang susun, bekal makan untuk siang.

    “Sudah beres, Bu,” sahut Mbak Denok dengan wajah ceria. Tangan kecilnya menunjuk ke tembok, di mana hasil kerjanya sudah nangkring tertata rapi.

    Wanita paruh baya itu tersenyum karena pekerjaan menimbang sudah selesai. Dia lalu mengulurkan selembar uang lima ribuan pada anaknya. Uang jajan sebagai kompensasi karena rajin membantu.

    “Nih, belilah jajan kesukaanmu. Jangan jauh-jauh, ya! Lalu segera balik ke kios bantu-bantu Ibu.”

    “Siap, Bu! Terima kasih.”

    Mbak Denok tersenyum senang. Dan segera menggaetku dengan cepat. Aku tersenyum, seperti biasa aku selalu setia menemani juragan kecilku. Ke mana pun Mbak Denok pergi aku selalu ikut mendampingi. 

    Mengiring langkah Mbak Denok adalah pekerjaanku. Aku bahkan sudah hafal tempat-tempat favorit yang sering dikunjungi oleh Mbak Denok. Selain ke warung Mbah Iyah yang menjual bubur campur, yang terdiri dari bubur sumsum putih, biji salak atau gerendul dari tepung ketan, biji mutiara dan ketan hitam. Mbak Denok juga senang jajan ke warung Mbokde Tun yang menjual serabi. 

  (Bersambung)


Cikarang, 09 Maret 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik