JURAGAN KECILKU (3)


Oleh : Lidwina Ro


   Aku mendongak, menatap khawatir juragan kecilku yang makin ketakutan saat si Bleki berjalan perlahan menghampiri.

    “Hus ... hus! Pergi sana!” usir Mbak Denok dengan suara agak gemetar, sambil menakuti anjing itu dengan mengarahkan dan mengayunkan payung tuanya ke arah Bleki.

    Sayangnya si Bleki malah mengira kalau Mbak Denok mengajak bermain. Jadi anak anjing itu malah menggonggong kecil, membuat Mbak Denok terkejut bukan main dan semakin panik saja.

     Lalu tiba-tiba -tanpa aku duga sama sekali- dengan sigap, Mbak Denok meraih dan mencengkeram aku sangat erat lalu mengacung-acungkan aku pada si Bleki.

    “Pergi sana! Ayo pergi sana! Kalau tidak akan aku lempar dengan ini!” teriak Mbak Denok mengancam, sambil mengangkatku tinggi-tinggi dan bersiap-siap melemparku, dengan wajah pucat pasi bercampur panik.

    Melihat wajah Mbak Denok yang ketakutan tetapi di buat segarang mungkin dengan tangan kanan yang memegangku erat sebagai senjata di tangan, membuat si Bleki terkejut dan perlahan mundur teratur dengan mata sedih.

    Sebenarnya aku juga ikut terkejut setengah mati, panik dan ketakutan. Tidak bisa aku bayangkan kalau Mbak Denok benar-benar melemparku ke arah Bleki. Waduh, waduh, sudah pasti badanku sakit semua!

    Tetapi yang paling horor dan mengganggu pikiran, bagaimana kalau nanti Bleki malah menggigitku dan menjadikan aku sebagai mainan? Bukankah semua anjing kecil suka sekali merusak barang? Bleki akan mencabik-cabik tubuhku sampai menjadi potongan kecil-kecil.  Oh, tidak, tidak! Aku tidak mau berakhir menjadi puing kecil-kecil di mulut Bleki! Amit-amit!

    Lalu aku diam-diam bersyukur dan bisa bernafas lega, ketika Mbak Denok perlahan meletakkanku kembali ke tanah dan memakai aku  kembali. Wah, beruntungnya aku selamat hari ini. Terima kasih juragan kecilku! Ternyata dia masih menyayangi aku. Buktinya aku batal dilempar. Duh, betapa bahagianya aku!

    Setelah beberapa saat menunggu, dan yakin Bleki sudah masuk kembali ke dalam toko baju, Mbak Denok buru-buru melanjutkan langkahnya ke warung Mbokde Tun membeli serabi kesukaannya. Kali ini, Mbak Denok membawaku dengan langkah lebih lebar dan lebih cepat. Bahkan dia tidak sempat memakai payung lagi, dan membiarkan gerimis membasahi kepalanya. Yang ada di pikiran juragan kecilku mungkin hanya satu. Pergi secepatnya dari situ, menyelamatkan diri dari Bleki si anjing imut berbulu hitam itu. Baiklah, aku mengantar juragan kecilku jajan dulu. Lupakan Bleki. 

  (Selesai)


Cikarang, 11 Maret 2022


     







    


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik