Reading Challenge ODOP10


 LUNA ( Perempuan di ujung Penantian )

Oleh : Oktavia Mustika Ningtyas


  Ini adalah pertama kali saya mengikuti #ReadingChallengeODOP10, jadi ini merupakan pengalaman saya pertama yang menurutku sangat menarik. 

   Sesuai tantangan Level Pertama RCO10 kali ini adalah membaca buku fiksi romance. 

   Karena saya juga senang membaca fiksi romance, untuk fiksi kali ini saya memilih buku berjudul LUNA (Perempuan di ujung Penantian)

    Buku ini menceritakan kisah seorang perempuan, bernama Luna yang bekerja di sebuah kantor. Berawal dari chatting dengan lelaki bernama Iyan, yang bekerja sebagai jurnalis di luar kota, lama-lama Luna menemukan sebuah kenyamanan bersama Iyan. Mereka pun memutuskan untuk bertemu. Dari awal  semua inisiatif bertemu selalu datang dari pihak Luna. Sebuah indikasi bahwa cinta Luna bertepuk sebelah tangan. Sayang sekali.

   Sebenarnya ada beberapa lelaki yang menyukai Luna (Rey dan Doni) Tetapi  Luna memutuskan berkeras hati untuk tetap mencintai Iyan, hanya Iyan dan satu-satunya cuma ada Iyan! Luna bahkan setia menunggu sampai Iyan sudi membalas cinta Luna. 

   Karena masih terus menerus berharap Iyan membalas cintanya, Luna akhirnya memandang sebelah mata pada orang lain yang menaruh hati padanya. Salah satunya adalah Rey. Apalagi Rey adalah mantan dari Putri (Putri adalah sahabat satu kantor Luna)

   Sayang sekali, setelah sekian lama Luna menunggu dengan harapan yang melambung tinggi, Iyan masih juga tidak tertarik menjadikan Luna sebagai kekasihnya. Akibatnya Luna banyak mengalami penderitaan batin dan hatinya terluka berkali-kali oleh perilaku Iyan. Lelaki itu bahkan seperti tidak mempunyai rasa dosa atau rasa bersalah, ketika menceritakan satu persatu perempuan yang dekat dengannya kepada Luna. Duh, bisa dibayangkan betapa hancur dan remuknya hati Luna, kan? (saya sendiri bacanya sampai terbawa emosi meskipun ini hanya fiksi) 

   Barangkali Iyan adalah sosok yang ganteng, ya. Karena itu banyak wanita yang menyukai Iyan. Tetapi entah kenapa cerita cinta Iyan dengan wanita-wanita lain selalu kandas, dan entah kenapa hati Iyan tidak luluh juga pada kesetiaan dan cinta Luna yang tulus (cinta memang tidak bisa dipaksa, meskipun cinta juga bisa saja datang kalau sudah terbiasa)

   Di buku ini diceritakan betapa Luna sangat keras kepala dan tegar untuk mendapatkan cinta Iyan. Luna bahkan sering stalking sosmed Iyan juga kepo pada wanita siapa saja yang dekat dengan Iyan. Bahkan Luna tak segan-segan bertanya langsung pada Iyan siapa wanita yang mendekati Iyan. 

   Ketika di akhir episode, sudah empat tahun penantian Luna masih belum jelas titik terangnya karena Iyan masih belum juga bisa menerima dan mencintai Luna apa adanya (kasihan sekali Luna ini)

  Di cover buku ini pengarang menulis : sejatinya cinta bukan lagi untuk ditunggu, melainkan diperjuangkan, tetapi menunggu orang yang dicintai adalah bukti perjuangan cinta sejati.

    Ya, setiap individu pasti punya masing-masing prinsip atau pendapat mengenai cinta, sesuai dengan pengalaman hidup dan sejarah perjalanan hidup mereka masing-masing. Kita tidak bisa juga menghakimi atas keputusan mereka.

   Kalau ada pepatah : cinta itu buta. Sebenarnya bukan cintanya yang buta. Melainkan individunya yang buta. Mencoba berpikir secara logika dan selalu berdoa, bisa membantu kita dalam memutuskan apa yang terbaik bagi kehidupan kita untuk ke depannya. 

   Kita ini juga berhak dan layak untuk bahagia. Mungkin masih banyak cinta yang tulus di luar sana, jadi jangan butakan mata dan hati.  Kalau sudah tahu cinta yang kita damba tidak memilih kita. Mengapa harus tetap  menunggu dan rela merasakan luka demi luka dan penderitaan batin? Rasanya tidak adil untuk diri kita sendiri dan untuk masa depan kita.

   Namun ada juga yang berpendapat bahwa cinta itu tak bersyarat. Cinta itu tidak bisa kita atur. Cinta tidak usah dipertanyakan. Dipilih atau tidak dipilih, cinta tetaplah cinta. Titik.

    Di dalam kehidupan nyata, saya sendiri belum pernah  mengalami cinta mati seperti yang dialami oleh Luna. 

   Nah, akhirnya semua kembali pada individu kita masing-masing. Kalau bersikeras mencintai demi prinsip atau demi kepuasan hati, maka harus siap dan berani menanggung derita cinta yang tak berujung dan yang melelahkan itu. 

   Demikian juga sebaliknya, kalau mau memberi kesempatan pada diri sendiri untuk hadirnya  cinta yang lain, yang lebih bisa menghargai dan mau menerima kita apa adanya, mengapa tidak?  Bagaimanapun juga, cinta akan menemukan jalannya sendiri.

(Tantangan di blog) review oleh : lidwina_ro

Cikarang 030222

   






Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUNUNG BATU

BLENDER AJAIB

KUE BOLU