Rasa Tak Berbentuk


          RASA TAK BERBENTUK


“Aku hanya ingin bertemu.”

Aku menatap pada wajah tenang lelaki itu sambil bertanya-tanya dalam hati. Mengapa harus sekarang dia mengatakannya? Kemana saja dia dulu? Kenapa tidak dituntaskannya masalah yang paling mengganjal hati itu dari dulu?

“Heh? Mengapa?”

“Hanya ingin bertemu dia, mbak. Ngobrol sebentar saja.”

Aku tersenyum simpul. Mencoba menebak maksud dibalik kepala lelaki dihadapanku ini. Tidak ada kilatan iseng pada sepasang matanya. Hanya tersembul rasa yang aku pun pernah mengalaminya sendiri. Duluuu...ha ha haa...  Jadi aku mengenal rasa itu dengan baik. Aku tahu dengan sangat dan sangat baik! Dan aku hafal  nama rasa itu. 

“Aku boleh minta nomer hape-nya ya mbak?”

“Baiklah.”

Tidak ingin berlama-lama berkubang dalam memoriku sendiri, aku segera mengirim nomer yang dimaksud ke ponsel lelaki itu. 

Sinar mata lelaki itu seketika berkelip laksana bintang di malam yang gelap. Kerlipnya terang sempurna.  Mengingatkanku pada kerlip bintang di masa laluku sendiri. Eh!

Bagiku rasa rindu tetaplah misteri. Dia persis seperti hantu. Tak berbentuk. Meskipun dihalau, ditendang bahkan dikubur sekalipun, rindu tetap saja leluasa bergentayangan, berkeliaran seenak udelnya. Tanpa ada rasa malu sedikitpun! Benar-benar keterlaluan! Huh!

Lidwinaro, 021121





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik