KONSLET


KONSLET


Kok ya pas suami belum pulang, listrik berulah. Mana sudah terlanjur masuk kamar mandi lagi ... Asem, aku terpaksa keluar lagi.

“Goooong ...! Betulin lampunya itu kenapa kok mati ya?”

“Dia masih makan mie ayam, bude.” Ponakanku yang menyahut. 

“Makan mie ayam?!”

Lho, kok ya bisa anakku di saat lampu konslet, masih meneruskan makannya. Bisa-bisanya makan dengan santai di gelap-gelapan seperti ini.  Aku melempar handuk ke kursi dengan kesal.

Sepuluh menit berlalu ... anakku masih belum keluar kamar. Dia masih saja seperti ini. Melakukan apa yang dia suka. Tidak banyak bicara. Tidak mau di paksa. Sulit di intimidasi. 

Aku mengintip ke dalam kamarnya. Dia makan diterangi sinar dari senter kecil. Ya ampun! Anak siapa dia? Wek!!

“Ayo, cepetan, Gong.”

“Sabar, mah. Nanggung.”


Setelah benar-benar habis makanannya, dia baru berdiri. Beberapa kali dia bolak balik memperbaiki saklar utama di luar rumah, dan sumber percikan dari dalam kamarnya. Mengapa lama sekali? Biasanya dia cepat memperbaiki urusan listrik.

“Lama banget, Gong. Bisa nggak sih?”

“Sabar,mah.”

“Jangan-jangan nggak bisa. Masak lulusan mekatro nggak bisa mbenerin konslet?” 

“Sabar,mah.”

Entah mengapa aku sangat bawel. Mungkin sedikit kuatir, jika terlalu lama harus membuka pintu rumah -karena anakku bolak balik ke depan dan ke kamar- tikus got akan menyelinap masuk ke dalam. Ujung-ujungnya aku juga yang repot mengejar tikus itu sampai ke ujung dunia. Eh!

Di musim hujan seperti ini, biasanya banyak tikus yang keluar dari got, dan berusaha masuk ke dalam rumah.

Akhirnya lampu menyala kembali. Aku tersenyum lega. Tidak rugi dia ambil jurusan kuliah mekatro (mekanik dan elektronik)

“Terima kasih, ya.”

Anakku mengacungkan jempolnya. Lalu masuk ke dalam kamar kembali. Pasti kembali nge-game!

Lidwinaro, Ckr, 071121





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik