KERSEN


 KERSEN


Malas masuk ke dalam kantor partner suami untuk ikut meeting, aku lebih memilih tinggal di dalam mobil. Bukannya apa. Karena ada maunya. Sok sibuk memelototi hape. Mobil pun diparkir di bawah pohon yang rindang. 

Eh! Sepertinya aku kenal pohon rindang ini. Aku segera turun. Angin menyapa dengan ramah. Lumayan adem. Sejenak mataku berkeliling. Kuhirup udara sepenuh dada. 

Rasa yang sama ketika berada di pekarangan belakang kebun Mbah Kakung berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dimana semua cucu berkumpul ketika libur sekolah tiba. 

Rumah Mbah Kakung amat luas. Seperti losmen, kamar di rumah Mbah Kakung amat banyak, sesuai dengan jumlah anak-anaknya. Sembilan. Bisa bayangin nggak sih, berapa banyak dan ramainya bila semua cucu berkumpul? Asyik bukan ?!

Ketika siang, cucu-cucunya yang bandel -termasuk aku- tidak pernah tidur siang. Tetapi berkumpul di kebun belakang rumah. Bermain gobak sodor, atau menjolok asam dan kersen. Juga buah kenitu, kalau pas musim. Tahu buah kenitu enggak ? 

Mbak Hani, adalah salah satu saudara sepupuku yang lihai memanjat pohon. Biar pun perempuan, dia seperti spiderman. Jago panjat memanjat.

Segala pohon bisa dipanjatnya. Biasanya kami berebutan mengambil buah kersen yang sudah merah. Jika kersen digigit, buah yang sebesar kelereng itu akan meletus, lumer pecah bersama biji-bijinya. Dan rasa manis akan menyebar rata di lidah. Waduh, semua pasti pernah merasakannya kan?! 

Terus, siapa yang paling banyak mendapat kersen hayo? Pasti sudah tahu kan?? Wkk..

Kebiasaan meraih buah kersen lalu mengusap sebentar ke baju, dan memakannya begitu saja, terbawa sampai dewasa. Biasanya aku celingak celinguk dulu sebentar, sebelum memakan kersen.

Tetapi ternyata, di parkiran, aku melihat para pegawai pabrik yang sedang keluar -mungkin untuk makan siang- juga berperilaku sepertiku. Meraih batang terpendek dan terdekat, meneliti apakah ada buah yang masak dan merah, lalu...haaaap!! Begitu saja. Tidak perlu sopan.


Lidwinaro, Subang 041121


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik