FOTO SEMANGKUK MIE BAKSO


 


        Suamiku di PHK, mbak. WA singkat yang masuk ke ponselku siang bolong itu betul-betul seperti menghentikan detak jantungku beberapa saat. Otakku otomatis dipenuhi bayangan sahabatku itu. Anaknya tiga masih kecil-kecil. Yang bungsu masih di sekolah taman kanak-kanak . Kredit rumah dan mobil pasti menjadi beban tersendiri. Terus SPP anak-anaknya yang bersekolah di swasta ?

         Aku mau pulang ke Solo saja, mbak. WA berikutnya terkirim sebelum otakku kembali normal menjernihkan keruhnya situasi mendadak ini. Lidahku tiba-tiba terasa kaku. Sepertinya kali ini bukan hal yang mudah untuk mengetikkan kata-kata penghiburan pada layar ponsel. 

          Pandemi ini memang benar-benar seperti angin puting beliung. Datang tanpa peringatan. Merusak apa yang ada di depan mata. Mematahkan semua harapan. Menghancurkan banyak sendi-sendi perekonomian. Dampaknya pahit sekali, amat menyakitkan sekali bagi sebagian besar buruh pabrik. PHK besar-besaran tidak bisa dihindari lagi. 

         Sebagai istri, sahabatku pasti sumpek sekali. Akhirnya dia memutuskan memboyong seluruh keluarganya ke kota asal mereka, Solo. Sebelum dia pergi, aku selalu mengingatkan dia untuk tidak terlalu membawa persoalan ini sebagai beban yang serius. Aku tahu, sahabatku senang memasak. Dulu dia sering menjajakan makanan di parkiran sekolah anak kami.  Kami para emak-emak selalu bertemu saat menjemput anak di sekolah. Masakan andalannya adalah sop matahari, selat solo, mie bakso dan es podeng. Oh ya, sosis solo bikinannya juga enak sekali. Dari situlah kami para emak mengakui kalau masakan sahabatku satu ini memang patut diperhitungkan.

         Tetaplah memasak. Pesanku padanya waktu itu. Mengapa tidak pede ? Sudah jelas talentanya  memasak. Tapi dia selalu merasa tidak yakin dengan masakannya sendiri. Akupun tidak menyerah. Walaupun akhirnya dia benar-benar pindah ke Solo, aku selalu menyemangatinya dalam pesan pendek di ponsel. Cari peluang. Apapun itu. Jangan menyerah pada situasi bernama pe ha ka. Jangan mengkambinghitamkan pe ha ka. Galilah potensimu yang sudah ada. Jangan pernah menyerah. Kamu itu pasti kuat, teruslah berjuang, kamu pasti bisa. Kira-kira seputar itulah isi pesan ponselku.

         Tiga empat bulan, sahabatku semakin jarang membalas pesan. Aku selalu bertanya-tanya, kemana dia. Apa yang sudah terjadi dengannya ? Apakah pesan-pesanku terlalu memojokkannya ? Atau dia sudah mulai bosan dengan ceramahku yang ngalor ngidul demi memompa semangatnya itu ?  

         Lalu suatu hari, ada pesan masuk. Tidak ada kata-kata apapun. Hanya semangkuk bakso diatas meja. Aku zoom foto itu. Semangkuk bakso komplit ? Ada siomay nya ? Istimewa sekali. Apa maksudnya ini ? Lalu dia menulis : terima kasih. Aku semakin bingung. Tak lama kemudian sahabatku bercerita, kalau dia akhirnya menggenggam semangat dariku, dan mulai membuka kedai makanan, yaitu mie bakso siomay di Solo. Berkat ceramahku siang malam, dia mencoba percaya diri dan mulai membuka usaha pertamanya di parkiran mobil. Dan sudah punya banyak pelanggan. Akupun terharu, larut dalam kebahagiaannya. Begitulah hidup. Selalu temukan hal yang positif dibalik keadaan yang kelihatannya negatif. Mungkin itu cara Tuhan  mengasah kita supaya menemukan talenta yang tersembunyi dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Ingin mencicipi mie bakso siomay sahabatku di Solo ? Tidak jauh kok dari terminal Tirtonadi. 

LidwinaODOP9 (23) 23 Sept 2021, foto semangkuk mie bakso 

#OneDayOnePost #KomunitasODOP


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik