CATATAN ABU-ABU 2

        Ilmu Resep adalah salah satu pelajaran yang paling menyenangkan bagi Wina. Tinggi besar, berkaca mata tebal dan kemejanya selalu rapi lengkap dengan ikat pinggang yang sedikit naik di perut itulah sosok pak Karya. Selain sabar, pak Karya tidak banyak bertanya. Mengajarnya juga singkat cepat. Biasanya beliau menulis di papan tulis hal hal yang penting atau yang biasanya akan dijadikan bahan ulangan. Jadi murid murid tinggal mencatatnya saja dan menghafal di rumah. Bel istirahat ke dua  berbunyi nyaring, menghantar pak Karya keluar kelas. 

       Yuni menyenggol lengan Wina yang masih menyelesaikan catatan terakhirnya. Wina menoleh sekilas pada teman sebangkunya yang berambut pendek itu. “ Ayo nonton,” ajak Yuni berbisik. “Nonton apa ? Lho, kan sebentar lagi masih ada fisika, Yun..” kening Wina berkerut.  Yuni meringis, bak model iklan odol memamerkan giginya yang berderet putih. “ Ayolah, tinggal dua jam saja, Win. Nanti keburu habis istirahatnya.” Sambil celingak celinguk Yuni memasukkan buku dan pulpennya ke dalam tas. Matanya jenaka memberi isyarat pada Wina agar bergegas membereskan buku dan pulpen. Wina yang termasuk murid alim, menggeleng. Ada rasa takut singgah di hati di ajak mangkir, meskipun dia juga kurang suka pada pelajaran fisika. Oh iya... Kan masih ada Eny ya. Wina tersenyum sendiri, terlintas wajah Eny yang suka membantu mengerjakan pe er fisika. Nyontek tepatnya. Hi hi hii.. “Kelamaan kamu Win.. Mau ikut tidak ? Halah, cuma sekali ini saja, takut amat.” Yuni sudah berdiri, menaruh tas ransel nya di punggung. Sedetik dua detik Wina menahan nafas, mencoba berpikir cara untuk tidak tergoda teman sebangkunya yang korak ini. Aduh, aneh sekali dia bisa nyaman sebangku lama dengan bandit kecil. Yuni yang pemberani, kocak dan banyak akal membuat Wina krasan bergaul dengannya. “ Masa bisa lolos Yun, kan pintu gerbang nya ada yang jaga,  pasti ketahuan kalau kita cabut bawa bawa tas .” Wina mencoba menghentikan ide Yuni. Tapi Rima yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka berdua, mulai ambil suara,” Tenang saja  Win, aku yang jaga di loteng, nanti  kulempar tas nya dari atas. Kalian keluar lah dulu lewat pintu gerbang , biasa saja ya lewat gerbangnya, biar tidak ada yang curiga,”

       Mendengar support dari Rima, Yuni tertawa riang, seperti anak kecil mendapat es krim gratis. Aduh, ternyata ada juga gerombolan yang malas dengan pelajaran fisika. Dan entah mengapa, Wina mau saja dengan rela ikut ide teman temannya itu. Berpura pura memasang wajah biasa saat melewati pintu gerbang sekolah. Lalu melipir, memutar jalan ke belakang tembok sekolah. Dan benar saja, Rima sudah bersiap siap dari lantai atas untuk melempar tas mereka satu persatu. Oh, ya ampun. Yuni dan Wina bertugas menangkap dari bawah tas-tas teman mereka yang bolos. 

       Sejenak Wina dan Yuni menunggu Rima dan beberapa teman mereka yang juga membolos, di balik tembok sekolah belakang. Ini untuk pertama kalinya Wina membolos. Hatinya berdegup kencang ketika melewati gerbang sekolah tadi. Bagaimana kalau ketahuan tadi ? Pasti malu dan kena hukuman sekolah. “ Ayo Win, nonton sekarang. Jenuh belajar terus.” Oh, bandit kecil ini.

       Jam pelajaran di sekolah farmasi ini memang lebih


banyak dibandingkan sekolah lain. Hampir setiap hari pulang kurang lebih jam empat sore.  Selain pelajaran standar biasa, ada juga jadwal praktek meracik obat dan praktek di lab. Belum kalau ada ulangan Sinonim. Berhari hari menghafal persamaan nama obat dalam bahasa Latin, cukup membotakkan rambut. Belum lagi ulangan harian, lalu ulangan mendadak. Sungguh hari hari yang padat dan melelahkan. Hampir tidak ada jeda untuk bersenang senang. Sehingga untuk sesaat khilaflah Wina  menonton bioskop. Kebetulan gedung bioskop memang tidak terlalu  jauh dari sekolah. Cukup berjalan kaki sepuluh menit saja. 

LidwinaODOP9 (14) 14 Sept 2021 catatan abu-abu 2

#OneDayOne Post #Komunitas ODOP

      


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik