Penjual Pecel


 Penjual Pecel 



Pukul enam pagi ketika mobil memasuki gapura wisata Sarangan. Matahari belum sepenuhnya muncul. Bahkan loket pun belum tampak ada yang buka. Lumayan, tidak perlu membayar tiket masuk ini. Pikiran nakal yang tidak boleh ditiru ya.


Sudah lama tidak menginjak Sarangan sejak diterapkannya PPKM. Dulu setahun bisa dua atau tiga kali singgah kemari, sebelum melanjutkan perjalanan ke Madiun, kerumah orang tua. Aku selalu berusaha untuk pulang menengok mereka. Bermalam sehari dua hari, untuk berdialog hangat dengan mereka di usia senja, sebelum kembali lagi ke Jakarta untuk bekerja.


Angin dingin Sarangan yang tidak asing, menerpa wajah ketika aku turun dari mobil. Mataku berkeliling. Hmm, masih pemandangan danau indah dan magis yang sama. Gelombang airnya tenang, menenangkan jiwa. Sesekali deru ombak nya yang lirih terdengar. Kusembunyilkan tangan dibalik jaket rajut tipisku. Lalu berjalan santai mengamati pedagang yang mulai membuka kios kecil mereka. Pemandangan yang sama seperti terakhir aku singgah tahun lalu.  Begitu juga dagangannya sweater, kaos, baju, daster dan cemilannya masih versi lama. Bahkan ibu penjual pecel itu juga masih ada, duduk di tempat yang sama pula. Aku tersenyum ketika ibu penjual  pecel itu melambaikan tangan, mengajak singgah. Aku mendekat, memindai sayur yang tersaji hangat di bakulnya. Daun turi, kenikir. Penjual pecel itu dengan sigap memenuhi pincuk dengan nasi, sayur, sambel kacang pedas, tidak lupa toppingnya, kemangi dan lamtoro. Sepotong tempe goreng, telur ceplok dan peyek teri. Sambil makan kudengar ceritanya. Selama PPKM tidak banyak pengunjung, sehingga pendapatan dari hasil menjual nasi pecel menurun. Kulirik wajahnya yang agak sedih. Tapi  semangat yang tepancar dari manik matanya tidak bisa diremehkan.


Entah siapa nama penjual pecel itu. Yang kuingat hanya semangat mencari rejeki di tengah kondisi yang sulit. Hatinya pasrah dan bersandar pada Tuhan. Menjalani hari dengan ikhlas demi menghidupi keluarganya. Semoga dia selalu sehat dan banyak rejeki. Oh ya, aku juga membeli sambel kacang home made nya setengah kilo.

Kalau direnungkan kembali, bukankah Tuhan tidak pernah memberi persoalan hidup melebihi batas kekuatan/kemampuan kita ? Jadi jalani saja lika liku hidup ini. Persoalan hidup hari ini cukuplah untuk sehari. Syukuri dan ambil hikmahnya. 

Lidwina ODOP9 (1) , 01 Sept 2021

#OneDayOnePost

#KomunitasODOP



Komentar

  1. Ya Allah...baca tulisan kak Lidwina kenapa jadi lapar sepagi ini, padahal semalam udah makan pecel juga, ibu dapat dari pengajian...wkwkk

    BalasHapus
  2. Wah baca kata Sarangan jadi teringat memori indah masa SD jalan-jalan ke Telaga Sarangan, naik kuda mengelilingi telaga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...dan naik kapal boat ya kak.. Trmkasih kak Monika salam kenal...

      Hapus
  3. Sehat selalu ibu penjual pecel, semoga lancar rejekinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul... terimakasih ya kak Mawar, salam kenal.

      Hapus
  4. Saya juga asli Madiun.
    Jadi kangen pecel buatan ibu, semoga pandemi cepat berlalu jadi kami bisa mudik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan kapan kita makan sego pecel di Rahayu Yo jeng.. trmkasih kasih, salam kenal mbak Lik..

      Hapus
  5. Wah makanan favorit saya buat sarapan ini mba. Ngomongin saladnya Indonesia pasti ingetnya pecel.

    BalasHapus
  6. Wkkk...betul sekali, sambelnya yg puedesss ya. Trmkasih dan salam kenal...kak Hanya

    BalasHapus
  7. Waaah...mesti enak tuh pecelnya..
    Jadi kangen daun Turi, di Bogor gak ada.

    BalasHapus
  8. Kebetulan banget aku udah lama nggak makan pecel, jadi kepengen wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkkk... Kapan kapan aku bawain sambel pecel Madiun

      Hapus
  9. Habis baca artikelnya,
    jadi lebih banyak bersyukur, bahwa di luar sana masih ada orang yang tidak seberuntung kita..

    BalasHapus
  10. Bahasanya ringan dan mengalir, serasa dibawa langsung ke tempatnya. Tiba-tiba langsung terbayang di pikiran, walaupun belum pernah ke sarangan, tapi setelah baca tulisan ini serasa beneran lagi ada di sana

    BalasHapus
  11. Terimakasih banyak atas masukan nya ya πŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus
  12. Kangen bangeeet sama pecel. Dua tahun tinggal di Amerika beneran bikin pingin makan pecel dengan bunga turi dan daun kenikirnya huhu. Di sini bumbunya ada, tapi sayurannya ga ada :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhu....kok aku jadi ikutan sedih.. πŸ™πŸ™

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik