LIMA PERATURAN


 LIMA PERATURAN

Penulis : Lidwina Ro


   

   Mengapa tulisan ‘jangan membenci’ berada di urutan paling atas? Apa ada sesuatu yang tersirat di pikiran anda? 

   Tidak mungkin dalam hidup ini, seseorang tidak pernah berada dalam situasi ini, yaitu ... membenci. Benci diawali dari rasa iri hati. Entah karena tidak ada kesempatan berada di posisi yang diinginkan, atau karena tidak mampu memikul beratnya kewajiban untuk berada di posisi yang diinginkan.

   Bahkan ada suatu candaan yang menggelitik telinga, tetapi nyatanya banyak juga yang tahu, beredar kalimat : banyak orang sekarang senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang. Apakah ini benar?

   Kemarin aku ke pasar pagi-pagi sekali. Karena anak masih PJJ atau Pelajaran Jarak Jauh, setiap hari aku selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan bagi si bungsu. Anakku bungsu ini termasuk agak rewel dalam urusan makan. Sarapan harus tepat waktu, dan lebih suka masakan rumah biasa. Selain itu, dia juga minta disediakan kue-kue atau jajan pasar kesukaannya.

   Sambil mengantre di salah satu penjual kue-kue langgananku, seorang ibu yang sudah memilih kue-kue, tampak kebingungan karena uangnya tidak cukup, sedang anaknya yang mau sekolah, merengek meminta kue yang diinginkan.

   “Mbak, kuenya enggak jadi saja,” katanya sambil  mengembalikan kue yang sudah dipilihnya itu, pada Mbak Fitri, penjual kue.

   “Lho, kenapa?”

   “Uangnya tidak cukup.”

    “Sudah ambil saja, bayarnya kapan-kapan.”

   Wah! Bukankah Mbak Fitri tidak mengenal ibu tadi?

   Pernah sekali waktu, pagi-pagi aku terburu-buru berbelanja ke pasar seperti biasa. Karena harus ke luar kota, jadi aku harus  memasak dengan kilat. Setelah heboh dengan aneka belanjaan, aku menuju motor yang aku parkir di tempat biasa. 

   Betapa terkejutnya aku, saat tidak menemukan kunci kontak motorku. Aku sangat panik. Kalau terjatuh waktu aku belanja, berarti aku harus kembali mencari di pasar. Waduh, seperti mencari sebuah jarum di tumpukan jerami.

   Tiba-tiba penjaga parkir yang sudah tua itu, menghampiri dan mengulurkan kunci kontak motorku. 

   “Tadi Ibu lupa enggak mencabut kontaknya, Bu.”

Wah! Bukankah penjaga parkir juga tidak mengenalku? Kalau dia mau, bisa saja membawa kabur motorku. Ternyata tidak. Tukang parkir itu malah menyimpan kunci kontakku.

   Ternyata masih ada orang baik di bumi yang sudah tua dan lelah ini. Kalau begitu, bisa dong, kalimat di atas diubah? 

   Banyak orang senang melihat orang senang. Dan banyak orang sedih melihat orang sedih. Begini lah seharusnya hidup yang benar.


Cikarang, 31 Maret 2022
















    


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA LALU

GUNUNG BATU

TRAVELLING : Kampung Coklat yang Unik